Tabloidnova.com - Dengan tekun, seorang pria mengoleskan cat warna merah pada replika mata barong yang ada di tangannya. Di hadapannya, ada beberapa rangka kepala barong yang masih diselesaikan.
"Ini lagi menyelesaikan pesanan untuk buat kepala Barong dari Sumatera," ujar Dian Kurniawan (28), warga Desa Sembulung, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, Senin (28/3/2016).
Dian sudah memproduksi barong sejak dua tahun terakhir dan sudah memenuhi permintaan dari Sumatra, Kalimantan dan beberapa kota besar di Pulau Jawa.
Selain itu, Dian dan istrinya, Ita Rahayu (26), juga dipercaya memasok barong mainan di sejumlah pedagang, serta menerima pesanan barong dari pemilik kesenian jaranan yang ada di Banyuwangi dan kabupaten di sekitarnya.
Awalnya Dian mengaku iseng membuatnya setelah anaknya menangis minta dibelikan barong yang harganya sangat mahal. Jadi dia berinisiatif membuat sendiri dari barang sisa yang ada seperti kulit jaket, karpet, gagang sapu ijuk dan beberapa sisa kain.
"Saat ini saya hanya liat contoh dari barong yang dijual, terus saya coba sendiri di rumah. Ternyata hasilnya bagus dan banyak yang pesan," ungkapnya.
Saat ini, per hari, rata-rata Dian dan istrinya menghasilkan 10 barong mainan anak-anak dan dua barong ukuran besar.
Harganya beragam antara Rp 150.000 hingga Rp 500.000 sesuai dengan besar kecilnya ukuran.
"Paling murah yang paling kecil untuk anak-anak kalau yang besar Rp 250.000 ke atas, biasanya untuk tampilan kesenian bukan untuk mainan. Kalo dibuat rata rata sekitar 200 replika barong per bulan," ucap Dian.
Dian berani menjamin kualitas barong buatannya karena menggunakan barang-barang yang berkualitas yaitu kain bulu, karpet serta rotan. Namun, dia mengaku terkendala modal untuk memproduksi barong dalam jumlah yang lebih banyak.
"Sementara hanya digarap oleh saya sendiri dibantu dengan istri," pungkasnya.
Barong adalah salah satu kesenian tradisional yang tumbuh subur di masyarakat Banyuwangi.
Ira Rachmawati / Kompas.com