Tabloidnova.com - Masmuni (60) dihantui kekhawatiran dan kecemasan. Djafira Nurul Izza atau Fira (16) cucunya, sudah sebulan lebih pergi tak kembali ke rumah.
Setelah sebulan lebih tanpa kabar, ada satu petunjuk mengenai Fira. Petunjuk itu datang melalui surat yang diyakini dikirim langsung oleh Fira.
Masmuni-lah yang pertama kali menerima surat itu, karena Fira mengirim ke alamat rumah neneknya itu di Kompleks Bina Marga, Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Fira mengabari singkat mengenai kondisinya yang dirawat oleh sesorang dan meminta keluarga tak perlu mencarinya. Namun, di salah satu sudut suratnya, Fira ternyata mencantumkan sebuah nomor telepon. Nomor itu kemudian coba dihubungi oleh Masmuni.
"Di surat yang dia kirim memang ada nomor telepon, tapi berkali-kali saya hubungi tidak diangkat," kata perempuan dengan sapaan Tuti itu, kepada Kompas.com, Senin (23/5/2016).
Baca juga: Fira Hilang Misterius, Ini Kecurigaan Keluarga
Nomor itu asing. Maklum, Fira memang tak dibekali handphone. Tuti lalu pergi meminta bantuan tetangganya untuk mengontak orang di nomor yang ada di surat yang dikirim Fira. Telpon akhirnya tersambung. Namun, bukan suara Fira yang terdengar, tetapi suara lelaki.
"Bilangnya namanya Dedi. Tinggal di Senen. Lalu saya bilang, nomor telpon ini ada di surat yang dikirim ke saya, kalau ada Fira di situ, saya mau bicara," ujar Tuti.
Tapi, pria itu langsung menutup teleponnya. Sampai saat ini, nomor itu sulit dihubungi. Tuti meninggalkan pesan di nomor yang tercantum di surat Fira itu.
"'Fira di mana, Mama kangen banget sama Fira, di bales dong SMS-nya Mama'. Tapi sampai sekarang enggak dibales," ujar Tuti.
Tuti menggunakan panggilan 'mama' dalam SMS-nya karena Fira memang memanggilnya begitu. Sejak kecil, lanjut Tuti, Fira diasuh olehnya sejak orangtua Fira berpisah.
"Saya sayang banget, seperti anak saya," ujar Tuti.
Tuti yang resah dan khawatir itu berharap Fira segera pulang. "Harapannya minta biar cepat pulang, walaupun ada (orang tak dikenal) yang nahan, biar dibalikin," ujar Tuti dengan nada berharap.
Robertus Belarminus / Kompas.com