Waspada, Anak Gemuk dan Sering Buang Air Kecil Bisa Jadi Terkena Diabetes!

By nova.id, Jumat, 3 Juni 2016 | 05:30 WIB
Orangtua, Jangan Keburu Senang Bila Tubuh Anak Gemuk (nova.id)

Diabetes melitus pada anak-anak umumnya adalah diabetes tipe 1, yaitu kondisi autoimun di mana sistem kekebalan tubuh merusak sel beta pankreas penghasil insulin. Akibatnya, pankreas tidak memroduksi insulin dan anak tergantung pada suntik insulin seumur hidupnya.

Meski demikian, tak tertutup kemungkinan anak terkena diabetes tipe 2 yang umumnya terjadi pada orang dewasa. Dokter spesialis anak Dana Nur Prihadi mengungkapkan, diabetes tipe 2, rata-rata ditemukan pada anak berusia di atas 10 tahun.

BACA: Serba-Serbi Diabetes pada Anak

"Ada yang usia 13 tahun, 16 tahun, ada yang terkena diabetes tipe 2," kata Dana di kantor Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jaya, Jakarta, Kamis (2/6/2016).

Dana mengungkapkan, kebanyakan anak dengan diabetes tipe dua adalah bertubuh gemuk atau kelebihan berat badan. Tanda lainnya, anak juga lebih sering pipis atau buang air kecil.

"Kalau gemuk mungkin orangtuanya bilang lucu. Tapi kalau anak lagi di sekolah, tiap setengah jam pipis, gurunya pasti juga jadi bertanya itu kenapa, ya," terang Dana.

BACA: Orangtua, Jangan Keburu Senang Bila Anak Bertubuh Gemuk!

Anak tersebut juga memiliki riwayat keluarga terkena diabetes tipe 2. Kemungkinan adanya gen diabetes yang sudah ada di tubuh bisa memicu terjadinya penyakit diabetes melitus tipe 2 ketika menjalani gaya hidup yang tidak sehat.

Anak yang gemuk memang terlihat menggemaskan. Namun, kebiasaannya makan banyak dan makan yang manis-manis bisa menyebabkan pankreas bekerja lebih keras untuk menghasilkan insulin. Pada akhirnya, bisa terjadi resistensi insulin.

Jika sudah terkena penyakit kencing manis ini, mereka harus memperbaiki pola makan, rutin olahraga, dan mengontrol gula darah dengan konsumsi obat.

Untuk mencegah terjadinya diabetes tipe 2, orangtua seharusnya tidak membiarkan anak terlalu banyak makan manis sehingga bertubuh gemuk. Hentikan pula kebiasaan anak terlalu lama bermain gadget maupun menonton TV sehingga ia kurang bergerak aktif.

Sumber: Kompas Health