Kata Pakar Soal Faktor yang Tentukan Jenis Kelamin Bayi

By nova.id, Rabu, 27 Juli 2016 | 08:00 WIB
Kata Pakar Soal Mitos yang Tentukan Jenis Kelamin Bayi (nova.id)

Terbersit keinginan bagi orangtua atau calon ayah dan ibu untuk memiliki bayi dengan susunan jenis kelamin yang diinginkan.

Biasanya, anak laki-laki lebih sering diinginkan berada di posisi sebagai anak pertama dengan dalih berperan sebagai kakak tertua kemudian baru anak perempuan.

Meski pemikiran tersebut termasuk yang konservatif, namun tak jarang masih banyak orangtua yang mengharapkan jenis kelamin bayi tertentu. Apalagi setelah mendapat anak berjenis kelamin sama berturut-turut.

Baca: 10 Metode Menebak Jenis Kelamin Bayi Sebelum USG

Menariknya, tidak sedikit orangtua atau pasangan suami istri mencoba tips menentukan jenis kelamin bayi tertentu. Mulai dari posisi tidur setelah berhubungan seks, gaya bercinta yang diklaim bisa menentukan jenis kelamin bayi, jenis makanan, tanggal dan lain sebagainya.

Terkait hal tersebut, Dr. Deborah Bateson, direktur medis dari Keluarga Berencana New South Wales, Australia, memaparkan secara jelas akan bukti medis di balik teori-teori menentukan jenis kelamin bayi tersebut. Termasuk teori seperti Metode Shettles.

Baca: Bila Jenis Kelamin Bayi Tak Sesuai Harapan

Metode Shettles ini mengatakan bahwa karena sperma “laki-laki” bergerak lebih cepat daripada sperma “perempuan” yang bertahan hidup lebih lama, berhubungan seks beberapa hari sebelum ovulasi akan menghasilkan anak perempuan. Sebaliknya, berhubungan seks di hari menstruasi akan menghasilkan anak laki-laki.

Baca: 4 Metode untuk Memilih Jenis Kelamin Bayi

Menurut Dr Bateson, metode ini ternyata dinilai ketinggalan zaman.

Dia berkata, “Kebanyakan Metode Shettles didasari oleh penelitian dari 50 tahun yang lalu, tetapi buktinya tidak cukup kuat.”

Lalu, selain Metode Shettles, Dr Bateson juga menyelidiki kebenaran dari teori yang mengatakan bahwa diet dan olahraga mempengaruhi jenis kelamin anak.

Dr Bateson juga mempelajari teori hormon di mana ibu dengan level progresteron yang tinggi dan testosterone yang rendah memiliki kemungkinan lebih besar untuk melahirkan anak perempuan.

Baca: Metode untuk Memilih Jenis Kelamin Bayi

Ternyata, lagi-lagi kedua teori ini tidak benar dan tidak didasari oleh sains.

“Mereka (pencetus teori) terus mencari tetapi tidak ada bukti yang akan kugunakan dalam praktek saya,” ungkapnya.

“Lagipula, kebanyakan orang bahagia untuk menerima kemungkinan 50/50 dengan jenis kelamin anak mereka. Hal ini justru dianggap menarik oleh mereka,” pungkasnya.

Shierine Wangsa Wibawa/KompasFemale Sumber: Dailymail