Duh, Siswa MTs Belajar di Bawah Pohon karena Tak Punya Ruang Kelas

By nova.id, Jumat, 29 Juli 2016 | 11:18 WIB
Tak punya ruangan yang cukup, puluhan siswa MTs di Polewali Mandar terpaksa belajar di bawah pohon di depan sekolah (nova.id)

Puluhan siswa baru di MTs Fatul Amin, Matakali, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, terpaksa harus belajar di bawah pohon di halaman sekolah mereka karena ruang kelas tidak cukup untuk menampung sekitar 300 siswa yang ada.

Saat hujan turun, mereka terpaksa menyingkir dan belajar di emperan sekolah agar para siswa dan buku pelajaran mereka tidak basah kuyup.

Sementara, sebagian siswa lainnya belajar duduk melantai karena kelasnya tak mempunyai meja dan kursi. Dalam ruangan ini, kelas mereka juga disekat menjadi dua bagian.

Sedang di kelas lainnya, siswa belajar di ruangan yang kondisi bangunannya jauh dari layak dan rentan roboh karena bangunan yang terbuat dari kayu dan pelepah daun nipa itu sudah lapuk dimakan usia.

Meskipun para siswa belajar di ruang kelas yang memperihatinkan dan jauh dari layak, namun siswa di sekolah ini tergolong berprestasi. Banyak catatan prestasi telah ditorehkan para siswa, di antaranya juara sains, juara pramuka dan juara lomba cerdas cermat.

Baca juga: Puluhan Siswa SD Belajar di Lantai Lantaran Sekolah Tak Punya Meja dan Kursi

Harfa, salah satu siswa baru yang belajar di bawah pohon, berharap bisa segera mendapatkan ruangan dan mebeler seperti bangku serta kursi yang layak agar bisa belajar lebih baik seperti siswa di sekolah lain terutama di perkotaan yang menikmati fasilitas belajar dan sekolah yang lebih baik.

“Kalau hujan kita biasa berlarian membawa buku dan kursi untuk mencari tempat bernaung,” tutur Harfa.

Kepala MTs Fatul Amin, la Haiyyak menjelakan, sebagain siswa belajar di bawah pohon karena ruangan saat ini tidak cukup untuk menampung 300 siswa di sekolahnya. Sebagian siswa lainnya belajar lesehan di ruangan yang kondisi bangunnya jauh dari kata layak untuk disebut sebagai gedung sekolah.

Selain kondisinya sudah lapuk dan miring di makan usia, gedung sekolah yang didirikan menggunkan kayu-kayu bekas, berdinding pelepah nipa dan potongan papan bekas. Sebagain dindingnya sudah hancur dan berlubang. Dinding yang hancur ditempeli kertas koran dan plastik bekas agar tampak lebih rapi.

“Proses belajar mengajar terpaksa dilangsungkan di luar kelas atau di bawah pohon karena ruangan kelas tidak cukup menampung siswa yang ada. Kita berharap pemerintah bisa turun tangan memberi bantuan kelas dan mebeler agar siswa bisa belajar lebih baik seperti sekoah lainnya,” ujar La Haiyyak.

Menurut la haiyyak, sekolahnya pernah mendapat bantuan satu kelas dari Kementerian Agama 2015 lalu. Namun bantuan tersebut belum cukup untuk menampung para siswa ini. Belum lagi, jumlah pendaftar pada tahun ini meningkat, yakni sebanyak 104 siswa.

Sekolah MTs Fatul Amin Matakali yang setara dengan SMP ini masih membutuhkan empat ruang belajar. Pihak sekolah berharap kepada pemerintah daerah dan pusat agar memberikan bantuan kelas dan mebeler agar para siswa bisa belajar lebih baik.

Junaedi / Kompas.com