Lipstik Polka, Bisnis Bibir Dari Hati

By nova.id, Jumat, 5 Agustus 2016 | 03:09 WIB
. (nova.id)

Sejak awal, Fitri Reksoprodjo (41), Tiara Adikusumah (30), Astrid Rahma Novalia (38), dan Desty Uwais (40) yang sama-sama menyukai dunia make up serius menggarap produk lipstik mereka yang diberi nama Polka. Hasilnya, meski usia belum genap setahun, Polka tak hanya sukses di Indonesia, tapi juga merambah ke berbagai negara. Berikut petikan wawancara dengan Fitri, Tiara, dan Desty.

Berbeda latar belakang, namun memiliki passion yang sama. Itulah alasan keempat perempuan ini  akhirnya memutuskan membangun bisnis kosmetik, tepatnya lipstik cair berlabel Polka. “Saya dulu kuliah jurusan marketing finance, tapi banyak bekerja di marketing communication company, branding, dan punya perusahaan marketing communication juga,” kata Desty memulai percakapan.

Astrid memiliki passion di make up, Fitri kuliah di Komunikasi Fisip UI, sementara Tiara berlatar belakang desain grafis, pernah bekerja di media fashion, dan setelah itu sering mendapat klien kosmetik. “Jadi, memang dari dulu passion saya kosmetik,” timpal Fitri.

“Kami berbagi tugas sesuai background, tapi saling membantu. Kami banyak berdiskusi dan saling memberi masukan. Meski sudah dibuat divisi R&D, kalau salah satu dari kami enggak sreg, akan dicoba lagi. Jadi, benchmark-nya kami berempat. Langkahnya baru akan dilanjutkan setelah kami berempat oke dan sepakat. Kami saling mendukung dan mengisi,” kata Fitri.

Nama Polka diambil dari spirit Polka, sebuah tarian rakyat dari Eropa Timur, yang dilakukan secara beramai-ramai, ritmenya sama, fun, dan semuanya happy. Joy of happiness itu yang diambil menjadi spirit brand. Makanya, nama-nama variannya berkisar antara lagu, dancing step, atau nama alat musik.

“Kami ingin ketika orang ingat atau memakai Polka, di mana pun dan berapa pun usianya, dia merasa muda dan happy. Pemakainya mulai dari siswi SMP sampai nenek-nenek, lo. Harapan kami sih, ke depannya artis Hollywood juga memakai Polka.. He he,” kata Tiara tertawa.

Sangat Impulsif

Mereka memilih membangun bisnis berbasis internet karena penggunaan digital yang kian  marak. “Apa pun yang mereka pakai atau alami biasanya langsung di-share lewat social media. Tak hanya di Indonesia. Sudah tidak ada lagi batasan, ini Indonesia, ini negara lain,:” jelas Desty.

Melihat fenomena itu, keempatnya melihat peluang. “To be announced itu kebanyakan berasal dari mouth to mouth. Sekarang lewat gadget to gadget. Ada blogger yang sharing tentang brand indie dari Amerika, kita bisa langsung tahu. Perkembangannya cepat, amazing,” lanjutnya.  

“Kami pikir, kenapa enggak bikin sebuah brand yang diluncurkan secara digital? Kami hanya menggunakan media digital dari sisi marketing dan point sales, tidak pakai conventional channel. Ketika orang sharing di dunia digital, pasti karena dia punya experience bagus atau jelek. Kami harus benar-benar punya kekuatan produk dengan kualitas yang baik. Jadi, sambil membuat produk, kami lihat produk apa yang sedang jadi tren. Tentu dengan kualitas bagus agar bisa diterima pasar.”

Akhirnya, keempatnya membuat Polka dan melaunching produk pada Oktober 2015. Oktober itu pula mereka membuat website dan menjalankan viral dan digital marketing.

Desty dan ketiga rekannya memilih lipstik karena alasan tertentu. “itu kan impulsif banget. Ibarat melihat permen di toko, orang yang lihat mudah tergiur. Jadi, effort untuk memperkenalkan produk ini akan lebih mudah,” kata Desty.

Di online, orang gampang tertarik karena melihat warnanya. Berbeda dengan foundation atau produk lainnya yang bisa cocok, bisa juga tidak. “Nah, orang yang tidak pakai make up pun biasanya pakai lipstik. Selain warnanya mudah dilihat dan bisa mengubah penampilan wajah, pemakaiannya pun cepat. Kami bawa produk yang mudah diterima dulu. Paling tidak, nama brand-nya nempel dulu, baru produk berikutnya keluar,” tambah Desty.