Ini Kiat Nazliana Lubis Sukses Membangun Bisnis Kue

By nova.id, Minggu, 7 Agustus 2016 | 08:00 WIB
Naziana Lubis (nova.id)

Di tangan orang-orang kreatif, pekerjaan sekecil apa pun akan membesarkan kehidupan, jika dilakukan dengan kesungguhan hati. Pepatah ini terasa pas untuk menggambarkan kisah sukses Nazliana Lubis (51), ibu tiga anak pemilik usaha aneka kue di Jalan Kapten Muchtar Basri , Medan, yang kondang di kawasan Sumatera Utara. Menurut  istri Fadlin Ja’far, h perempuan kelahiran Medan, 23 Januari 1965 ini.

Berkat ketekunan dan kerja keras, saya berhasil membesarkan toko kue Nazwa Aneka Kue. Jika tadinya hanya membuat donut aneka rasa, kini saya membuat seratusan jenis kue enak, yang saya hapal luar kepala cara membuatnya. Salah satu kue khas olahan saya yang jadi best seller adalah cake pisang yang diberi nama blondi pisang barangan yang terkenal itu.

Tak hanya kue, saya kini sudah melebarkan usaha, di antaranya katering, wedding organizer, dekorasi, entertainment, dan kafe. Seiring dengan pelebaran usaha, saya kini mempekerjakan hampir seratus karyawan. Semua unit usaha itu di beri label Nazwa sesuai singkatan nama anak saya.

Kami bukan spekulan yang bermimpi tinggi, melainkan berjalan apa adanya seiring waktu sejak 18 tahun silam. Dilihat dari waktu, kami termasuk lambat, tetapi tidak masalah karena kami hanya usaha keluarga. Bisa membantu keluarga, lingkungan, dan anak-anak putus sekolah. Saya tidak bisa berdiri tanpa mereka, sebab I am not strong.

Sukses ini pula yang membuat saya kerap diundang pemerintah maupun swasta untuk menjadi pembicara dalam event-event pelatihan sebagai motivator. Saya senang memotivasi  orang banyak agar tetap berpikiran positif, membuka pemikiran mereka, khususnya ibu-ibu dalam membuka peluang usaha untuk membantu ekonomi rumah tangga. Saya senang melakukannya karena orang akan selalu mengingat saya. Itu membahagiakan.

Hanya segelintir saja pengusaha yang  rela berbagi ilmu karena takut rahasia dapurnya terbuka. Bagi saya tidak masalah kue produk saya ditiru. Saya lebih  memikirkan bagaimana orang lain agar tetap hidup, dari pada  memikirkan kecemburuan-kecemburuan yang  enggak perlu.

Sukses yang saya raih sebenarnya sama sekali tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Pasalnya, begitu meraih Diploma 3 jurusan Pariwisata Universitas Sumatera Utara tahun 1989, saya sempat bekerja di bagian tiketing biro perjalanan. Sempat pula menikmati jabatan sebagai supervisor di sebuah perusahaan maskapai penerbangan. Sebuah jabatan bergengsi yang memberi saya kesempatan untuk jalan-jalan ke berbagai wilayah Indonesia.

Hanya saja kebanggaan itu tidak lama saya nikmati menyusul pemutusan hubungan kerja karena maskapai penerbangan tersebut tidak beroperasi lagi pada 1997. Dampaknya pun langsung saya rasakan.  

Saya terguncang karena merasa tidak bisa eksis lagi. Selama beberapa bulan saya mengurung diri karena merasa  malu pada teman-teman dan lingkungan. Namun, akhirnya saya berhasil melalui cobaan tersebut. Saya merasa bahwa jabatan tinggi tidak perlu. Lebih mulia jadi diri sendiri meski berpenghasilan kecil,  itu akan menjadi kesempurnaan hidup.

Saya kembali menemukan semangat setelah mengamati lingkungan rumah yang berhadapan dengan  kampus Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara. Saya perhatikan, kok di kawasan kampus tidak ada yang jual jajanan semacam kue. Saya pun terpikir untuk buka usaha kue dan mulai  mencari dan belajar mengolah aneka kue berdasarkan buku resep.

Maklum, saya tidak punya keahlian memasak dan hanya mengandalkan buku resep. Saya memilih berjualan donat karena proses pembuatannya relatif mudah, apalagi saat itu belum ada penjual donat di sekeliling kampus UMSU.