Biaya yang mahal menjadi penyebab peserta sekolah pilot terbatas jumlahnya. Selain itu, juga ada seleksi yang ketat sehingga tidak semua orang bisa mengikuti sekolah pilot.
“Dalam satu tahun angkatan, kami rata-rata hanya menerima 30 sampai 40 siswa. Untuk bisa diterima harus lewat seleksi dan biayanya juga cukup mahal,” kata Direktur Nam Air Flying School, Fandy Lingga seusai Graduation Batch Angkatan X dan XI di Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (28/9/2016).
Biaya yang harus dikeluarkan setiap siswa selama setahun pendidikan rata-rata mencapai 50.000 dollar AS atau jika dikonversi ke rupiah mencapai Rp 600 juta. Biaya pendidikan bisa dibayar secara bertahap.
Sementara seleksi yang harus dilewati meliputi seleksi minat dan bakat serta seleksi psikotes.
“Paling menentukan itu psikotes,” kata Fandy.
Baca juga: Terungkap, Pilot MH370 Lakukan Simulasi Terbang ke Samudra Hindia
Adapun siswa Nam Air Flying School yang diwisuda tahun 2016 ini sebanyak 58 orang. Total jumlah lulusan sejak sepuluh angkatan terakhir mencapai 243 orang. Hampir 80 persen lulusan telah terserap dalam industri penerbangan lokal dan internasional.
Sementara lulusan lainnya menempuh pendidikan tambahan untuk masuk dalam manajemen maskapai.
“Seluruh sertifikasi yang kami keluarkan berasal dari organisasi penerbangan internasional. Pengalaman siswa selama latihan mencapai 250 jam terbang,” ujar Fandy yang didampingi Distrik Manajer Sriwijaya Air Pangkalpinang, Sherly Astura.
Heru Dahnur / Kompas.com