Nama Ian Adrian mungkin bukanlah sosok perancang busana pertama yang mengusung kekayaan motif wastra nusantara di ranah dunia. Namun, Ian mungkin bisa dikatakan sebagai desainer pertama yang membawa keindahan batik khas Papua di negeri kincir angin, Belanda.
Batik khas Papua apat dibilang tidak terlalu diekspos secara optimal oleh para penggiat mode. Barangkali masyarakat dunia lebih mengenal motif batik khas Jawa atau Tenun NTT dan Bali ketimbang batik khas Papua yang goresan keindahannya tidak bisa dipandang sebelah mata.
Untuk peragaan busana bertajuk ‘Cendrawasih Papua’ yang digelar di Grote Kerk Den Haag, Ian menggandeng Yolanda Tinal yang berada di balik label Mama Yoo untuk menghadirkan busana yang kental akan budaya lokal alam Papua.
Baca: Pesona Busana Batik Pacitan Karya Stephanus Hamy di IPMI Trend Show 2016
Dari sumber inspirasi berupa alam, flora dan fauna serta arsitektur rumah khas Papua beserta keseniannya tercipta motif batik Papua krasi dari Mama Yoo private collection.
Untuk mendukung keseluruhan konsep peragaan busana ‘Fashion Diplomacy’ tersebut, maka Grote Kerk yang merupakan gereja protestan yang dibangun pada abad ke-15 dan ke-16 tersebut disulap menjadi oase Indonesia dengan nuansa khas Papua.
Ian pun berkesempatan menampilkan 35 desain busana yang terdiri dari 25 busana perempuan serta 10 busana pria. Bahan-bahan seperti satin sutra, sifon, organdi, katun serta lycra yang dibatik mendukung koleksi busana ready to wear deluxe.
Baca: Lestari Tradisi "Sulawesi" oleh Stephanus Hamy di IPMI Trend Show 2015
Siluet busana fitted, H-line, dan A-line berukuran mini dan maxi dikawinkan bersama detail embroidery serta potongan gaya asimetris, draperi, empire dan ruffles yang begitu kompleks.
Sesekali Anda akan dimanjakan oleh busana bermotif cendrawasih, anggrek besi, matoa, rumah adat dan sebagainya dalam warna-warni tropis yang cerah. Sejumlah elemen perpaduan palet ditambahkan untuk mengukuhkan unsur urban yang kontemporer.
Namun di sekuens lainnya Anda akan diberikan pilihan deretan koleksi busana cocktail bernuansa hitam elegan sebagai opsi tampilan glamor dan mewah.
Baca: Batik Padang Karya Stephanus Hamy
Keindahan peragaan busana tidak hanya terletak dari aplikasi busana saja, melainkan juga penambahan ornamen aksesori seperti kalung choker, kalung, anting, headpieces, topeng, dan mahkota dari Baroqco Jewelry.
Sebagai pelengkap, Roberto Dresia yang merupakan penata rambut dan penata rias menawarkan makeup dan tatanan ponytail yang kian menyempurnakan citra modern.
Sungguh presentasi kolaborasi koleksi busana batik Papua yang sangat menarik. Apalagi, acara Fashion Diplomacy dihadiri lebih dari 200 orang, yang terdiri atas tamu undangan dari diplomat asing, industri fashion, perancang busana Belanda, mitra kerja KBRI Den Haag serta tamu VVIP lainnya dan para media.
Foto-foto: Ian Adrian