Soal Uang Belanja Pribadi, Kenapa Istri Harus Sembunyi-sembunyi dari Suami?

By nova.id, Kamis, 25 Mei 2017 | 10:45 WIB
Yuk, Belanja Lebih Murah di Malam Takbiran (nova.id)

Sebuah studi dilakukan majalah Marie Claire pada 1.500 perempuan di usia 20-40 tahun. Hasilnya, para 80 persen wanita tidak jujur pada pasangan saat mengatakan berapa banyak uang yang dihabiskan untuk belanja.

Soal uang belanja pribadi ini, kenapa istri harus diam-diam dari suami?

Berdasar studi tersebut Anindita Citra Setiarini, M. Psi, Psikolog mengartikan sebagian besar komunikasi antar pasangan berjalan tidak sehat. Dewasa ini, masih banyak orang yang menganggap membicarakan mengenai keuangan sebagai hal yang tabu sehingga cenderung menghindarinya.

Padahal, komunikasi adalah salah kunci utama kesuksesan dalam sebuah hubungan.

“Biasanya, perempuan akan merasa bersalah apabila membelanjakan uangnya untuk barang-barang mahal yang sebenarnya tidak perlu, terlebih untuk penggunaan pribadi. Entah itu untuk membeli lipstik atau tas keluaran terbaru.”

Alhasil, ia berusaha menutupinya dari pasangan. Mengapa terjadi demikian?

“Tidak jarang, suami dan istri memiliki cara pandang yang berbeda dalam mengelola uang karena adanya perbedaan pola asuh maupun pola pikir. Yang salah bukanlah perbedaannya, melainkan tidak adanya usaha berdiskusi dan mencari jalan keluar terbaik untuk tujuan bersama.”

Baca: Pasangan Royal Di Luar Pelit Di Rumah

Selain menyembunyikan pengeluaran belanja untuk kebutuhan pribadi, fenomena yang cukup sering terjadi adalah menyembunyikan pengeluaran untuk menyantuni anggota keluarga, seperti orangtua atau saudara kandung yang membutuhkan.

“Niatnya memang positif, tetapi apabila dilakukan secara diam-diam, maka tindakan ini tidak jauh berbeda dengan perselingkuhan. Ada baiknya pasangan membicarakan ke mana saja uang akan disalurkan untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dan pertengkaran,” tandas Citra yang praktik di Klinik Lighthouse ini.

Tak Hanya Perempuan

Tak hanya ibu rumah tangga yang tak terbuka soal pengeluaran pribadi, ibu bekerja pun bisa bertindak sama. Perbedaan menyolok adalah dari sumber keuangannya. “IRT kemungkinan besar akan bergantung secara ekonomi dengan pasangannya, terlebih apabila tidak memiliki usaha atau sumber pengahasilan lain.”

Baca: 5 Kesalahan Terbesar Urusan Keuangan dengan Pasangan

Siapakah yang lebih banyak tidak jujur di antara keduanya tentu diperlukan data penilitian yang terpercaya.

“Keduanya memiliki kemungkinan yang sama besarnya untuk bertindak tidak jujur. Namun secara psikologis, IRT memiliki potensi merasa lebih bersalah atau sungkan terhadap pasangan ketika menggunakan uang secara diam-diam, karena ia merasa tidak memiliki peran dalam menghasilkan uang.”

Tapi jangan salah, ketidakjujuran mengenai pengeluaran uang tidak hanya dilakukan perempuan saja, namun juga dapat dilakukan laki-laki. Yang membedakan mungkin jenis barang dan frekuensinya.

“Perempuan mungkin lebih banyak mengeluarkan uang untuk kebutuhan sehari-hari, seperti belanja ke pasar, supermarket, membeli pakaian dan perlengkapan rumah tangga (kebutuhan primer dan sekunder, lebih sering). Sementara laki-laki cenderung melakukan pembelian besar, seperti membeli kendaraan dan gadget (kebutuhan tersier, lebih jarang). Jadi, persepsi mengenai siapa yang lebih boros perlu ditinjau kembali.”

Jika laki-laki yang melakukan karena bisa saja laki-laki merasa dikekang.

“Pasangannya menuntut diberikan lebih atau tidak mendukung hobi yang digeluti. Contoh yang paling ekstrem, suami memiliki kebiasaan buruk seperti mabuk-mabukan, judi, atau memiliki ‘simpanan’ sehingga harus sembunyi-sembunyi. Tentunya bukti yang nyata diperlukan untuk menghindari prasangka buruk atau fitnah.”

Baca: "Uang Laki-laki", Perlukah Istri Tahu?

Hubungan Tak Sehat

Bolehkah menyembunyikan pengeluaran dari pasangan? Hubungan yang sehat melibatkan tanggung jawab, komitmen, dan kejujuran pada pasangan.

“Jadi, ketika pasangan menyembunyikan pengeluarannya, artinya ia tidak menjalankan hubungan yang sehat dan dapat berdampak buruk, seperti timbulnya rasa kecewa dan hilangnya kepercayaan yang berujung pada pertengkaran, di masa depan.”

Sebenarnya, adakah alasan kuat yang mengharuskan Anda menyembunyikan pengeluaran dari pasangan?

”Kalau tidak ada kenapa harus disembunyikan? Yang berbahaya adalah jika ketahuan pasangan, kemungkinan besar akan memicu pertengkaran.”

Pertengkaran tidak hanya ditandai dengan pasangan mengomel atau marah-marah, tetapi dapat juga dilakukan dengan menarik diri dan bersikap dingin karena merasa dikhianati. “Belum lagi jika  dilakukan secara terus-menerus tentu dapat berujung pada perpisahan atau perceraian.”

Masalah uang memang hal yang tergolong sensitif untuk dibicarakan, namun bisa menjadi bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu dalam hubungan apabila diabaikan.

Baca: Uang Penyebab Nomor Satu Perceraian?

“Mendiskusikan masalah uang  bersama-sama pasangan sangat bermanfaat untuk mendeteksi munculnya masalah. Sehingga Anda dapat mencari solusi sebelum masalah itu berakhir pada pertengkaran di masa yang akan datang.”

Jadwal Rutin

Sebaiknya, jadwalkanlah waktu secara rutin dengan pasangan, seperti kencan, untuk membahas mengenai keuangan. “Duduklah bersama dan masing-masing memantau alokasi dana yang dikeluarkan agar berjalan sesuai dengan perjanjian.”

Dalam hal keuangan, setiap pasangan harus memiliki kesepakatan bersama yang harus dijalankan dengan komitmen yang tinggi. “Kesepakatan tersebut bisa mencakup jumlah uang yang ditabung, diinvestasikan, dan dibelanjakan untuk kepentingan rumah tangga maupun pribadi.”

Lalu, Citra memberikan contoh. “Misalnya saja, Anda dan pasangan boleh menghabiskan sejumlah uang, anggap saja maksimal Rp 1.000.000 per bulan untuk menyalurkan hobi atau bersenang-senang tanpa dikritik atau dilarang-larang. Dengan catatan, masing-masing pasangan tetap menghormati satu sama lain.”

Ketika berbicara dengan pasangan mengenai uang, hilangkan pertanyaan yang memiliki muatan emosi atau penilaian karena hal tersebut dapat memicu perdebatan atau sikap defensif pada pasangan.

Daripada memberikan pertanyaan yang memiliki kesan menuduh seperti “Buat apa, sih, beli mobil sport?” atau memberikan peryataan “Daripada buang-buang duit, mending ditabung atau disumbangin ke fakir miskin sekalian”.

Lebih baik memberikan pertanyaan netral seperti “Berapa banyak uang yang bisa kita tabung bulan ini?” atau “Pengeluaran apa yang paling banyak kita keluarkan?”

Baca: Para Istri, Lakukan Ini Agar Hobi Suami Tak Bikin Boros

Boros Dipicu karena Pola Asuh Sejak Kecil

Adakah kebiasaan menyembunyikan pengeluaran dari pasangan tersebut karena pola asuh orangtua? Ada anak yang dibesarkan dalam kondisi ekonomi yang serba kekurangan, sehingga ketika dewasa ia sangat menghargai pentingnya menabung.

“Namun, ada pula anak yang dibesarkan dalam kondisi ekonomi yang serba berkecukupan sehingga ketika dewasa ia cenderung santai dalam hal pemasukan dan pengeluaran. Apapun latar belakang pasangan Anda, cobalah mulai melihat melalui perspektifnya. Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah terjadi, yang terpenting adalah kemauan untuk saling memahami dan berkompromi.”

Baca: 7 Kiat Mengajar Anak Hemat

Orangtua merupakan agen utama dalam proses sosialisasi pengetahuan keuangan pada anak, namun masih banyak orangtua yang menganggap anak tidak perlu tahu karena belum cukup umur, sehingga keterlibatan anak dalam pengelolaan keuangan sangat minim.

Padahal seharusnya, proses pendidikan keuangan pada anak harus diberikan sedini mungkin agar proses internalisasi nilai-nilai literasi keuangan menjadi lebih matang dan terencana.

“Baik disadari maupun tidak, anak-anak juga akan belajar melalui perilaku orangtua mereka (modeling). Oleh karena itu bijaksanalah dalam mengelola keuangan agar anak-anak mendapat contoh yang baik pula.”

Noverita K. Waldan/NOVA