Kiprah Sri Utami, Perempuan Inspiratif NOVA 2011 Merintis dari Nol Rumah Sakit Bagi Warga Miskin

By nova.id, Minggu, 16 Oktober 2016 | 04:00 WIB
Sri Utami, perempuan inspiratif NOVA (PIN) 2011 (nova.id)

Mendengar NOVA menggelar Reuni Perempuan Inspiratif NOVA (PIN) periode 2008-2015 di Jakarta, Sri Utami pun langsung menyanggupi untuk datang.

“Aku lebih dikenal setelah menjadi salah satu pemenang PIN 2011, makanya aku bela-belain datang ke Jakarta untuk datang ke acara NOVA ini. Karena bagiku, PIN yang membesarkan aku seperti sekarang,” kata Sri tersenyum saat berbincang dengan NOVA.

Sudah sejak pagi Sri hadir di tempat acara reuni berlangsung, akhir Agustus silam. Ia mengaku langsung terbang dari Solo, demi menghadiri acara temu kangen alumni PIN, terutama angkatannya, 2011. Sambil menunggu alumni lainnya datang, Sri menikmati pelayanan massage yang disediakan oleh Martha Tilaar Salon Day Spa.

Perempuan kelahiran Kediri, Oktober 1948 ini pun lantas bercerita bagaimana ia bisa terpilih menjadi salah satu dari 10 pemenang PIN 2011 untuk kategori Kesehatan.

“Waktu itu, aku tahu NOVA sedang mencari perempuan inspiratif. Kemudian aku menuliskan ceritaku soal mendirikan rumah sakit untuk warga tak mampu. RS itu, kan, enggak langsung aku dirikan, tetapi ada perjalanan panjang di balik itu semua,” kata Sri.

Di awal menikah dengan suaminya, Muzakir, Sri sempat tinggal di sebuah kontrakan. Ia rela melakukan pekerjaan apa saja demi menyekolahkan suaminya, yang ketika itu berprofesi sebagai guru SD. Mulai dari buruh cuci, jualan jamu, sayuran, hingga tukang masak pernah Sri lakoni.

“Semuanya aku lakukan agar suamiku bisa sekolah lagi. Singkat cerita, suamiku berhasil menyelesaikan kuliah kedokteran spesialis anestesi di FK UNDIP Semarang."

Ketika itu, "Sudah terpikir olehku untuk membuat sebuah RS sebagai kado ulang tahun suamiku. Uang yang aku pakai membangun RS ini murni hasil kerjaku.”

Selain sebagai kado, Sri juga pernah bermimpi ingin membangun RS yang terjangkau untuk warga miskin. Hal ini berdasarkan pengalamannya saat melahirkan anak pertama dan keduanya.

“Aku bermimpi bikin RS karena waktu nikah, aku enggak punya apa-apa. Aku mau berobat juga enggak punya duit. Melahirkan anak pertama dan kedua saja, aku hanya di rumah. Aku sendiri yang memotong tali pusat, dengan dibantu suami."

Ia pun lantas bermimpi, "Kalau besok aku sudah ‘jadi’ dan suamiku sukses, aku mau membuat RS untuk orang tak punya,” kata Sri dengan suara bergetar menahan tangis haru. “Aku nangis, sedih sebenarnya kalau disuruh cerita itu lagi.”

Kini, RS milik Sri pun sudah berkembang pesat. “Waktu ikut PIN, aku punya 3 RS, sekarang sudah ada 5. Ada yang di Karanganyar, Klaten, Sukoharjo, dan 2 lagi di Solo. Begitu ceritaku dimuat di NOVA, banyak media yang datang untuk meliput, hampir semua teve pernah datang."

Tak hanya itu, "Mahasiswa-mahasiswa dari berbagai universitas juga datang untuk belajar. Pemilik klinik-klinik di Bandung dan Bali juga studi banding. Mereka ingin tahu bagaimana manajemennya hingga bisa berkembang pesat,” kata Sri yang menuturkan RS miliknya bisa murah karena sistemnya.

“Aku, kan, mikirnya pasien yang sakit, kok, yang dapat duit kita. Misalnya saja, biaya persalinan di RS aku hanya Rp350.000, sementara di tempat lain sudah mendekati Rp 1 juta,” kata Sri yang rutin membiayai kuliah karyawan-karyawannya hingga bergelar doktor.

“Aku suruh ‘anak-anak’ (sebutan Sri untuk para karwayannya) untuk kuliah yang tinggi biar pintar, enggak bodoh seperti aku. Semua kalau diingat, dari jualan sayur, jamu, buruh cuci, satu pelajaran yang aku petik, jadi orang harus jujur dan rajin karena Tuhan tidak tidur.”

Sri Isnaeni/NOVA