Mengungkap 3 Karakter Orang yang Senang Belanja Online

By nova.id, Sabtu, 13 Mei 2017 | 08:45 WIB
Pasar Belanja Online Indonesia Berpeluang Dua Kali Lipat di Tahun 2015 (nova.id)

Saat ini, mal tak lagi berdasar jarak jauh dekatnya atau terletak di tengah kota, tapi kini ada di dalam genggaman kita. Semua barang yang dipajang di mal bisa kita beli cukup dengan sentah sentuh lewat smartphone.

Menurut Anggun Meylani Pohan, M. Psi., Psikolog., Senior Consultant dan Founder PT. Multi Human Cendekiawan, fenomena meningkatnya penggunaan jejaring sosial, diikuti dengan banyaknya pengguna smartphone, menjadi salah satu tolak ukur akan meningkatnya pertumbuhan online shop.

Banyak kemudahan serta keuntungan yang diperoleh dengan bertransaksi melalui online shop.

“Penjual dan pembeli tidak perlu merasa direpotkan untuk pergi ke toko. Serta melalui online shopping sepertinya cukup tahu apa yang menjadi pangsa pasar terutama bagi kalangan muda dan produktif,” paparnya.

Tak heran, jika kemudian perilaku konsumtif terhadap belanja online tersebut setiap tahun mengalami peningkatan yang sangat cepat. Ironisnya, kebiasaan belanja jika berlebihan mampu menyebabkan adanya gangguan dan patologis.

Ada beberapa nama yang seringkali digunakan bagi orang-orang kecanduan belanja, yaitu: pathological buying, compulsive buying, buying addiction, dan oniomania.

Sebuah penelitian dalam jurnal PLOS ONE meneliti antara belanja online dan kecanduan.

Baca: 6 Posisi Tidur Ungkap Kepribadian

Para ilmuwan masih mencoba untuk mencari tahu untuk mengategorikan belanja patologis secara online dan apakah hal tersebut lebih mirip dengan impuls gangguan kontrol, gangguan obsesif-kompulsif, atau kecanduan belanja (shopping addiction).

Nah, studi tersebut menemukan tiga karakter orang yang senang dan rentan terhadap kecanduan belanja online, yaitu:

1. Menghindari Interaksi Sosial

Orang-orang yang suka membeli secara online biasanya menghindari interaksi sosial. Secara umum terdapat tumpang tindih antara pathological buying dan kecemasan (anxiety).

Pada individu yang mengalami kecemasan sosial, tidak suka dengan keramaian, belanja online adalah solusi terbaik bagi dirinya.

Namun, bagi individu yang mengalami pathological buying, belanja online adalah cara terbaik baginya untuk menutupi dan menyembunyikan rasa malu bahkan menyesal atas kebiasaan mereka untuk berbelanja dengan berlebihan.

Dan, belanja online dapat memperburuk kondisi patologisnya, karena akan lebih sulit untuk mengontrol diri.

Baca: 4 Keluhan Utama Berbelanja Online

2. Sulit Merasa Puas

Kedua adalah tipe individu yang menikmati beragam variasi dan ketersediaan stok belanja online. Hal ini tentu berbeda dengan belanja di toko yang membuat seseorang sulit merasa puas. Entah karena tak menemukan barang yang sesuai dan banyak lagi faktor lainnya.

Maka bukan hal yang mengherankan ketika kepuasan berbelanja seseorang terpenuhi secara maksimal lewat online. Pasalnya, ia dapat berbelanja sepuasnya di toko online yang tidak pernah tutup.

Baca: Bentuk Bekas Lipstik Tunjukkan Kepribadian Anda

3. Serba Ingin Instan

Terakhri, adalah mereka yang sangat ingin mendapatkan kepuasan secara instan.

Masyarakat pada umumnya saat ini mengharapkan adanya kepuasan instan dimana dapat diperoleh melalui belanja online, karena mendapatkan kemudahan dalam berbelanja, kecepatan, dan jaminan dalam berbelanja tanpa harus repot.

Yang perlu dipahami, pathological buying secara online berbeda halnya dengan individu yang berbelanja secukupnya.

Individu yang mengalami patologis belanja akan merasa sibuk dengan belanja dan merasa seperti mereka tidak memiliki kontrol, bahkan dapat sampai mengarah kepada pekerjaan atau masalah hubungan, juga masalah keuangan.

Hilman Hilmansyah/NOVA