Dari rumah menjangkau dunia. Itulah yang dilakukan Mira Julia (38). Ia menyebut dirinya seorang ibu rumah tangga yang lantas menjadi working mother at home. “Asal mau meng-upgrade diri, siapa bilang jadi ibu rumah tangga enggak keren?” kata perempuan tiga anak yang biasa disapa Lala ini.
Menikah muda di usia 21 tahun dan waktunya didedikasikan penuh untuk keluarga tak membuat Lala menyesali pilihannya. Sebab dalam 16 tahun terakhir, sebagai perempuan, ia tetap bisa mengaktualisasikan dirinya meski hanya dari rumah.
Internet. Media inilah yang jadi sarananya menjangkau dunia luar. Mulai dari mendapatkan pekerjaan mendesain website, mengisi konten, membuat lagu, mengajari tutorial mempercantik blog, dan lainnya.
Ketika ketiga anaknya mulai mandiri, Lala mengaku punya waktu lebih banyak untuk berkarya. Terutama, agar para ibu di luar sana juga bisa akrab dengan teknologi. Termasuk menggunakan internet sebagai cara agar mereka produktif.
Satu hal penting yang ia pelajari, “Ternyata, kalau kita terus meng-update dan meng-upgrade kemampuan diri, akan tiba sendiri waktunya peluang untuk berkarya dan menambah penghasilan. Meski hanya dari rumah,” ujar pendiri Digital Mommie ini.
Saat memutuskan menjadi full time mother, Lala tentu tak pernah membayangkan semua hal ini bisa terjadi.
Tapi, “Kalau saya saja bisa pasti perempuan lain di luar sana juga bisa melakukan hal yang sama. Toh, modalnya cuma laptop dan internet serta kemauan kuat untuk belajar,” kata perempuan yang mengenyam pendidikan Teknik Arsitektur di Universitas Indonesia ini.
Hingga kini Lala memiliki 3 website yang dikelola untuk mewadahi minat-minatnya. Digital Mommie lahir 2013 silam sebagai sarana edukasi digital bagi masyakat, khususnya kaum perempuan agar tak lagi gagap teknologi. Ya, meski pekerjaannya menuntutnya bertemu banyak profesional, Lala mengaku tak pernah kehilangan minat untuk mengajar.
Terutama menyentuh para ibu yang ingin menambah kemampuannya. “Ini soal bagaimana caranya agar para ibu walaupun di rumah tetap bisa branding dirinya atau produknya, dan tak kalah profesional. Mari berteman dengan teknologi,” kata Lala soal passion-nya.
Produk rumahan yang semuanya serba dikerjakan sendiri oleh Lala ini pun mendapat apresiasi lebih luas. Termasuk ketika Lala terpilih sebagai Perempuan Inspiratif NOVA (PIN) tahun 2013 untuk kategori Perempuan dan Teknologi.
“Mimpi saya, para ibu bisa memanfaatkan internet sebagai jembatan mereka berkarya untuk masyarakat,” cetusnya.
Menggeluti dunia digital baik untuk kehidupan pribadi maupun profesional, Lala banyak bekerja dari rumah sambil mendidik ketiga anaknya yang menjalani home schooling. Lala pun mewadahi hal tersebut dalam di Rumah Inspirasi. Didalam website itu, ada komunitas para orangtua yang ingin bertanggungjawab sendiri pada tumbuh kembang anaknya.
“Lingkaran ini sangat positif. Mereka melihat anak itu bukan hanya nilai akademis, tapi semakin banyak orangtua yang melihat keunikan di tiap anak yang beda satu sama lain.”
Masih soal anak, Lala juga memproduksi lagu anak lewat Pelangi Nada. Kumpulan lagu-lagu anak ini digunakan untuk pendidikan anak.
Rahasia bekerja dari rumah dan keluarga tetap jadi prioritas, bagi Lala, adalah soal manajemen waktu dan kedisiplinan.
“Kalau kantoran, seperti memisahkan pekerjaan dan keluarga. Tapi, kalau bikin pelatihan, anak-anak juga bisa ikut jadi tidak ada pemisahan ibu sedang bekerja dan di rumah. Dari sisi income sebenarnya sama saja. Ibaratnya mengasah kembali ilmu dan relasi.”
Tanpa ART, lanjutnya, “Saya bikin jadwal mingguan mereka. Ada kalanya dua kakaknya sibuk menjaga si bungsu, sementara saya sibuk di depan laptop melayani klien. Saya dan suami juga sudah pasti harus bangun lebih pagi karena juga mengerjakan urusan rumah tangga,” kata Lala yang tak pernah bosan di rumah karena baginya me time adalah ketika ia bersama buah hatinya.
“Porsi terbesar tetaplah waktu dan perhatian untuk anak-anak. Saya dan suami memilih homeschooling untuk tiga anak kami dengan konsekuensi kami harus punya banyak waktu dengan mereka, yaitu dengan cara bekerja dari rumah.”
Di sisi lain, “Kami ingin anak-anak berkembang sesuai dengan keunikannya masing-masing, bukan cuma akademis. Setiap anak harusnya punya waktu lebih banyak untuk bermain dan eksplorasi.”
Sebab, sekarang dan 10 tahun ke depan akan makin banyak pekerjaan yang tak melulu butuh ijazah, tapi skill. “Jadi, saya lebih senang menjadikan anak-anak bisa berkomunikasi dengan baik pada teman sebaya maupun orang dewasa, punya portofolio sesuai kemampuan mereka,” kata Lala yang ditemui dalam Reuni PIN (2008-2015) baru-baru ini.
Terkait bidang yang ia geluti, menurut Lala tak luput dari kesempatan berkolaborasi dengan banyak pihak. Termasuk para pemenang PIN dari banyak bidang.
“Di PIN, melting pot sangat terasa. Saya merasa ini bukan sekedar ajang apresiasi untuk karya individu, tapi saya seperti mendapat keluarga besar. Hebatnya, bisa bekerjasama dengan ibu-ibu PIN supaya kami bisa berikan dampak lebih luas pada masyarakat. Kesenangan itu yang paling terasa pada kami sebagai alumni,” cetusnya lugas.
Ade Ryani HMK
Foto: Romy Palar/NOVA