Ada banyak sekali jenis kontrasepsi yang bisa Anda pilih jika Anda dan pasangan belum ingin memiliki anak atau sudah tidak menginginkan anak lagi. Namun, dalam memilih metode kontrasepsi yang tepat, Anda harus benar-benar memahami seperti apa sifat-sifat dan keampuhannya.
Sebab jika tidak berhati-hati, kehamilan akan tetap terjadi meskipun Anda sudah melakukan berbagai cara untuk mencegahnya.
Setiap metode memang memiliki tingat efektivitas yang berbeda-beda dalam mencegah kehamilan. Jangan sampai Anda dan pasangan salah pilih.
Sejauh ini metode kontrasepsi yang paling sering digunakan untuk menunda atau mencegah kehamilan adalah kondom laki-laki. Selain kondom, banyak juga wanita yang mengonsumsi pil KB dan memasang spiral (IUD).
Baca: Lupa dan Terlewat Minum Pil KB, Haruskah Segera Pakai Kondom?
Namun, beberapa orang masih menggunakan metode-metode yang kurang ampuh sehingga kehamilan tetap terjadi. Mari ketahui 3 metode kontrasepsi yang tidak efektif berikut yang telah diurutkan mulai dari yang cukup ampuh sampai yang paling tidak ampuh seperti yang dilansir dari HelloSehat.
1. Ejakulasi di luar
Ejakulasi di luar juga dikenal sebagai metode senggama terputus. Cara ini mengharuskan pria untuk menarik penis keluar dari vagina sebelum berejakulasi sehingga air mani yang mengandung sperma tidak akan membuahi sel telur wanita.
Banyak yang menggunakan metode ini sebagai kontrasepsi darurat ketika tidak merencakan hubungan seks dan tidak menyimpan persediaan kondom. Padahal, taktik ini kurang ampuh dalam mencegah kehamilan.
Tak semua pria bisa dengan mudah menghentikan penetrasi dan menarik penis keluar sebelum terlambat. Akibatnya, penis akan berejakulasi di dalam atau di dekat vagina. Hal ini tentu berisiko mengakibatkan pembuahan.
New York Times melansir bahwa dari 100 orang, sejumlah 22 wanita yang melakukan hubungan seks dengan metode senggama terputus akan tetap hamil. Artinya, peluang keberhasilan metode ini dalam mencegah kehamilan sebesar 78%.
Baca: Vagina Becek Akibat KB Suntik?
2. Sistem kalender (pantang berkala)
Metode kontrasepsi sistem kalender bisa digunakan sebagai kebalikan dari perencanaan kehamilan.
Wanita bisa menggunakannya untuk melacak siklus menstruasi dan masa suburnya sehingga selama masa subur berlangsung, wanita dan pasangannya akan berpantang dari hubungan seks sampai wanita tidak berovulasi.
Metode ini memungkinkan pasangan untuk bercinta tanpa pengaman dengan kemungkinan kehamilan yang lebih kecil dari seks tanpa pengaman pada masa ovulasi.
Namun, metode ini kurang efektif sebagai pencegah kehamilan karena menghitung masa yang aman untuk berhubungan seks tanpa alat kontrasepsi bukan hal yang mudah. Jika salah perhitungan sedikit saja, kehamilan bisa terjadi.
Menurut data yang diperoleh dari Office for Population Research di Princeton University, dari 100 orang yang berhubungan seks dengan metode kontrasepsi sistem kalender, 24 wanita akan hamil.
Data ini menunjukkan bahwa kemungkinan sistem kalender berhasil mencegah kehamilan hanya berada pada angka 76%.
Baca: Aplikasi Gadget Pencegah Kehamilan Pengganti Kontrasepsi
3. Spermisida
Dari semua metode kontrasepsi yang mungkin pernah Anda dengar atau coba, spermisida adalah yang paling tidak efektif untuk mencegah kehamilan.
Spermisida sendiri mengandung zat kimia yang akan membunuh sel sperma supaya tidak bisa membuahi sel telur. Bentuknya bermacam-macam, mulai dari gel, krim, busa, hingga kapsul dan lembaran film yang larut dalam vagina.
Penggunaannya juga bervariasi, tergantung pada jenis spermisida yang digunakan oleh Anda dan pasangan.
Sebagai alat kontrasepsi, tingkat keberhasilan spermisida sangat rendah, yaitu 74%. Ini berarti dari 100 pasangan yang bercinta dengan metode kontrasepsi spermisida, akan ada 28 wanita yang hamil. Spermisida memang tidak praktis untuk digunakan saat bercinta.
Anda harus menunggu dulu selama beberapa saat sampai zat kimia tersebut benar-benar larut dalam vagina atau menempel pada penis dengan sempurna sebelum penetrasi dilakukan. Jika terlambat, sel sperma akan tetap hidup dan membuahi sel telur.
Baca: Konsumsi Pil Kontrasepsi Turunkan Risiko Kanker Dinding Rahim, Benarkah?
Selain itu, jika seks berlangsung cukup lama dan penetrasi tak hanya terjadi satu kali, Anda harus mengulangi pemakaian spermisida karena efeknya sudah berkurang.
Ada juga risiko pemakaian spermisida yang tidak sempurna, terutama jika spermisida dimasukkan ke dalam vagina. Maka, sebaiknya Anda tidak menggunakan spermisida sebagai satu-satunya alat kontrasepsi. Anda bisa mengoleskannya pada kondom laki-laki atau wanita untuk perlindungan yang lebih baik.