Tak banyak orang yang sadar bahwa dirinya mengalami gangguan tidur. Padahal, buruknya kualitas tidur bisa menyebabkan gangguan kesehatan yang serius.
Masih banyak dari kita menganggap, bahwa gangguan tidur bukanlah sesuatu yang serius. Padahal, tahukah Anda, salah satu penyebab kecelakaan pesawat ulang-alik Challenger tahun 1986 silam adalah karena pengambilan keputusan yang kurang tepat dari para manajer NASA, yang jika dirunut-runut diakibatkan karena kurang tidur?
Ya, tidur merupakan kebutuhan tubuh yang sangat penting, namun banyak yang menganggapnya sebagai proses istirahat biasa. Pada saat tidur, gelombang otak malah sangat aktif. Menurut Dr. Andreas A. Prasadja, tidur normal terdiri dari beberapa tahap, antara lain tahap rapid eye movement (REM) atau tahap tidur mimpi, dan tahap non-REM. Tahap non-REM dibagi lagi menjadi 4 tahap, yaitu tahap 1 sampai 4. Tahap 1 dan 2 sering disebut tidur dangkal, sementara tahap 3 dan 4 disebut tidur yang dalam, tahap dimana orang paling sulit dibangunkan.
Begitu tidur masuk dalam tahap 3, tubuh kita akan mengeluarkan hormon pertumbuhan (growth hormone). "Hormon ini penting untuk membangun sel-sel tubuh yang rusak. Pada anak, hormon ini berfungsi untuk pertumbuhan, misalnya pertumbuhan tulang," kata dokter dari Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran, Jakarta, ini.
Hormon kortisol yang dikeluarkan tubuh ini akan semakin meningkat menjelang pagi. "Meningkatnya hormon kortisol ini terutama pada saat kita mengalami stres (fisik atau kejiwaan). Hormon kortisol inilah yang membuat kita bangun dalam kondisi kuat dan segar," lanjut Andreas.
Sering Diabaikan Kebanyakan individu memerlukan 6-10 jam untuk tidur. "Kurang tidur dan mengantuk bisa berakibat fatal. Kurang tidur 1,5 jam dapat menurunkan kewaspadaan di siang hari sebanyak 33 persen, sementara mengantuk merupakan faktor yang memengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas sebanyak 30 persen," tandas Andreas.
Untuk menentukan apakah seseorang mendapat cukup tidur, antara lain dengan mengukur sleep latency-nya (waktu yang dibutuhkan untuk tertidur, yang nilai normalnya adalah 15-20 menit.) "Jika seseorang jatuh tertidur lebih cepat atau lebih lama dari waktu tersebut, bisa jadi ada gangguan."
Sayangnya, pengetahuan masyarakat tentang gangguan tidur masih kurang. "Jangankan masyarakat umum, bidang pelayanan medis pun belum banyak yang tahu. Orang mengangap tidur itu hanya proses istirahat, bangun, dan segar kembali. Padahal, tidak sesederhana itu."
Jadi, tak heran jika banyak orang yang mengalami gangguan tidur tapi tidak tahu ia mengalami gangguan tidur. Gejala yang paling umum pada gangguan tidur biasanya adalah hipersomnia atau excessive daytime sleepiness (EDS/kantuk berlebihan di siang hari). "Orang seharusnya segar beraktivitas, tapi pada orang-orang tertentu malah mengantuk dan lelah. Ini bersumber dari ketidaktahuan bahwa tidur adalah sebuah proses yang bisa dikendalikan/diatur," cetus Andreas.
Sakit Kepala Sembilan puluh persen orang dengan EDS mengalami gangguan tidur. Salah satu gangguan tidur yang paling banyak diderita adalah obstructive sleep apnes (OSA), yang gejalanya EDS dan mendengkur. Selama ini orang menganggap mendengkur sebagai pertanda tidur yang pulas. Padahal tidak. Ketika orang mendengkur, terjadi penyempitan di saluran napas atas. "Bisa jadi lidah jatuh ke belakang atau pasien punya amandel. Yang menjadi bahaya adalah jika saluran sama sekali tersumbat sehingga terjadi henti napas," tutur Andreas. Pada saat henti napas, kadar oksigen pun drop, sementara kadar karbondioksida naik.
Di bagian saluran napas terdapat sensor yang aktif pada saat karbondioksida naik. Pada saat sensor aktif dan menunjukkan naiknya kadar karbondioksida, orang akan terbangun sejenak (mini arousal) untuk membuka saluran napas. "Bukan terbangun penuh, ya. Nah, dalam semalam, ini akan berulang terus. Akibatnya tidur pun terfragmentasi, tidak continuously, jadinya tidak enak."
Celakanya, orang tidak tahu kalau ia mendengkur. "Yang tahu adalah pasangan atau teman sekamar. Orang juga tidak ingat kalau malam itu ia terbangun berulang kali karena napas berhenti. Yang ia rasakan, begitu bangun pagi, ia merasa tidak segar, sakit kepala, yang berbuntut EDS lagi, begitu seterusnya. Akibatnya, konsentrasi, daya ingat, bahkan libido pun menurun."
OSA juga berhubungan dengan gangguan fungsi seksual, memori dan konsentrasi, serta perubahan kepribadian. OSA juga bisa berdampak terhadap kesehatan lain, seperti kesehatan kardiovaskuler. Sewaktu mendengkur, kadar oksigen menurun. Jika terjadi berulangkali, oksigen pun akan turun sehingga merusak pembuluh darah. "Akibatnya pembuluh mengeras (aterosklerosis), ditambah lagi kalau intake makanan mengandung kolesterol tinggi, maka pembuluh darah jadi kaku, sehingga memicu hipertensi, gangguan pembuluh darah koroner, atau bahkan stroke," jelas Andreas.
Untuk pernapasan, penurunan oksigen dan peningkatan karbon yang terjadi berulang akan lama-lama membuat badan terbiasa dengan kadar oksigen rendah dan karbondioksida tinggi. "Akibatnya sensor pun rusak, sehingga ia tak peka lagi terhadap kadar karbondioksida yang tinggi."