Nadine Chandrawinata tahu betul hutan merupakan paru-paru bumi. Tak hanya hewan yang terselamatkan, manusia pun menjadi terlindungi. Namun, apa jadinya jika Nadine justru melihat penebangan hutan secara besar-besaran di timur Indonesia. Dengan alat yang serba moderen, penebangan liar itu dilakukan terus-menerus, dan Nadine hanya bisa menangis.
"Yang paling miris waktu di Wamena. Saya melihat penebangan pohon, ekstrem. Ternyata di situ juga ada beberapa hektar yang dibakar. Di situ saya menangis ibaratnya seperti tangan kita di potong, saya dengar percikan-percikan api, saya dengar suara mesin. Saya hampiri, tapi dihalangi dan saya tak bisa berbuat apa-apa," kata Nadine mengingat kejadian itu.
BACA: Sambil Menyelam, Nadine Chandrawinata Tanam Ribuan Terumbu Karang
Melihat hal ini, Nadine mengaku tak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa menyuarakan pendapat serta mengajak orang-orang itu menjalani hidup yang lebih ramah lingkungan.
"Saya enggak bisa berjalan sendiri. Jadi saya minta tolong bagi yang bisa menyuarakan dan memberikan regulasi. Saya berharap suatu saat pemerintah daerah begitu juga anak muda untuk tidak melakukan hal yang gegabah dan bisa dimulai dari diri sendiri. Mungkin dengan pola hidup yang lebih ramah lingkungan. Misal mengurangi penggunaan tisu yang tadinya enam jadi satu. Kemudian mengurangi plastik, bawa tas sendiri saat belanja dan masih banyak lagi," ucap Nadine.
BACA: Nadine Chandrawinata: Saya Sedang Menjalani Hubungan Dengan Seseorang
Nadine juga berharap semakin banyak yang peduli dengan lingkungan, semakin banyak yang mau memperjuangkan hutan Indonesia.
"Saya berharap pada saat kita memperjuangkan apa yang patut diperjuangkan. Saya berharap itu jadi pemikiran baru sebagai sebuah ibadah. Karena kita manusia cuma numpang tinggal di bumi ini. Lama-lama juga meninggal. Jadi saya berharap mulai dari hal kecil, yaitu dari diri sendiri mudah-mudahan nanti jadi hal besar," ucap Nadine.