Untuk yang kesepuluh kalinya sejak diselenggarakan pada tahun 2006, Danamon Social Entrepreuner Award (DSEA) memilih lima peraih yang dinilai pantas menerima penghargaan berkat inspirasinya membangun perusahaan yang memberdayakan orang dan lingkungan sekitarnya untuk kesejahteraan bersama. Dan, Itmamul Khuluq, sang Sarjana ‘Puyuh’ asal Jawa Tengah adalah salah satunya.
Menjadi seorang Social Entrepreuner sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk Anda. Sebagian profesi social entrepreuner juga belakangan ini banyak diisi oleh kalangan generasi muda yang peduli akan kondisi sekitarnya.
Lalu, apa perbedaan antara entrepreuner dengan social entrepreuner?
Meski, keduanya sama-sama mengandung pengertian berwirausaha. Namun, perlu digarisbawahi bahwa entrepreunership merupakan kegiatan berwirausaha yang motifnya mengarah pada profit atau keuntungan. Sementara, social entrepreunership ialah bentuk Wirausaha yang tidak hanya memperhitungkan profit saja namun juga memberikan dampak sosial bagi masyarakat di sekitarnya. Sehingga hasil dari usaha tersebut bermanfaat bagi lingkungan sekitar melalui lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Salah satu contoh social entrepreunership yang ada di Indonesia ialah rumah singgah, rumah baca dan bank sampah. Usaha-usaha tersebut tidak mencoba mencari keuntungan, melainkan hanya membutuhkan dukungan operasional yang diperuntukkan untuk kepentingan dan kemajuan masyarakat sekitarnya.
Misalnya seperti yang dilakukan oleh Itmamul Khuluq, sarjana peternakan asal Boyolali, Jawa Tengah, yang memberikan pengetahuan serta mengembangkan keahlian para peternak telur puyuh di sekelilingnya untuk kemajuan bersama melalui CV. Holstein Indonesia.
Bukan ‘Sarjana Puyuh’ sembarangan Berawal dari pertemuannya dengan temannya yang merupakan seorang peternak burung puyuh, Widodo. Khuluq yang saat itu mendengar sulitnya perjuangan Widodo untuk memproduksi telur puyuh apalagi memasarkan produk telur puyuh tersebut terpikir untuk membantu sang teman.
Niat ini semakin diperkuat kala dalam perjalanan untuk memasarkan telur puyuh di sekitar daerah Karanggede, Boyolali, ia dibuat tercengang karena sulitnya memasarkan hasil ternak berupa telur puyuh dengan harga yang terbilang rendah dan pola pembayaran yang tidak pasti.
“Saat itu, menurut saya, untuk meningkatkan nilai jual telur puyuh karena produk yang dihasilkan tidak cukup hanya dari segi kualitas bahan baku saja tanpa adanya inovasi terhadap produk telur puyuh itu sendiri,” ujar Khuluq pada tabloidnova.com .
Belum lagi diakui Khuluq, tantangan semakin berat dengan harga pakan yang terus melambung tinggi dan tidak sebanding dengan kenaikan harga jual telur yang hanya dihargai sekitar Rp 70 atau 100 rupiah per butir. Ini belum ditambah dengan harga sarana produksi ternak yang susah didapat dengan harga yang sangat mahal.
Berbekal pendidikan sebagai seorang sarjana peternakan. Khuluq bermaksud memanfaatkan ilmunya untuk meningkatkan pengetahuan teknis pemberdayaan burung puyuh bagi peternak puyuh di sekitar daerah Karanggede.
“Sebelumnya, pengelolaan peternakan burung puyuh masih terbilang tradisional di sini. Sehingga efektivitas kegiatan produksinya rendah dan hasil yang didapatkan kurang maksimal. Limbah puyuh pun belum diolah secara bermanfaat untuk pupuk,” Kenang Khuluq saat mendirikan Holstein Indonesia.
Disebut sebagai ‘Pahlawan Pangan’ Tekad kuat Khuluq untuk memasarkan telur puyuh yang berkualitas baik dengan ketersediaan kebutuhan peternakan yang lebih terjangkau perlahan mulai diwujudkan. Di belakang Holstein Indonesia, Khuluq menampung hasil ternak dengan harga yang wajar sembari mendampingi masyarakat untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
Terhitung sejak Juni 2012, dengan mengandalkan satu peternak berdaya serap 10 dus yaitu 7.500 butir per minggu, Khuluq dan Holstein Indonesia di tahun 2016 mampu menyerap 100 dus atau sekitar 75.000 butir per haru dengan jumlah peternak sebanyak 90 orang yang tersebar di empat kabupaten yaitu Boyolali, Semarang, Sragen dan Magelang.
Keberhasilan Khuluq yang disebut sebagai pahlawan pangan oleh para peternak burung puyuh di daerah sekitarnya juga ditandai dengan kesuksesannya memasarkan hasil produksi ternak di sekitarnya serta menyerap produk telur puyuh dari wilayah Tulungagung dan Blitar.
Manfaat secara luas yang dilakukan oleh Khuluq ialah meningkatnya pendapatan rata-rata peternak dengan kisaran Rp 1.200.000 per minggu. Tak lupa, Khuluq juga berperan penting dalam kemajuan IPTEK di bidang puyuh yang lebih efisien tanpa perlu meninggalkan peternakan puyuh sembari melakukan kegiatan lainnya setiap hari.
Khuluq juga membuat banyak orang merasakan manfaat kerjasama peternak puyuh sebanyak 90 orang dengan minimal kepemilikan burung puyuh sebanyak 1000 ekor dengan jumlah karyawan sebanyak 9 orang dan reseller di pasar sebanyak 11 orang yang seluruhnya ialah masyarakat desa setempat.
Kunci keberhasilan Itmamul Khuluq dengan Holstein Indonesia Holstein Indonesia menerapkan sistem penjualan secara tunai atau COD dengan sistem administrasi yang tersusun rapi dan skema keuangan dengan pembukuan terbuka. Tujuannya, agar setiap peternak tahu berapa besar keuntungan yang diperoleh serta membantu peternak yang kekurangan modal dari keuntungan jual beli pakan dan telur.
Holstein Indonesia juga melakukan pendampingan berupa kunjungan dan sosialisasi informasi pengetahuan secara rutin dan berkala pada para peternak dan peternakan besar yang dikelola oleh pabrik pakan ternak di hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.
Holstein Indonesia juga sudah menyediakan vitamin dan obat-obatan untuk burung puyuh dengan harga terjangkau dan stabil karena bekerjasama dengan pabrik pakan ternak dengan sistem pembayaran yang lunak. Tujuannya, agar pembelian bisa dilakukan dalam jumlah besar ke pabrik dengan harga terjangkau bagi peternak yang cenderung membeli dengan skala kecil.
Dari Jawa hingga ke Sumatera dan Kalimantan Saat ini Holstein Indonesia di bawah kepemimpinan Itmamul Khuluq mampu memasarkan produk telur puyuh keluar pulau yaitu ke Lampung dan Pontianak, sehingga harga yang pada awalnya hanya Rp. 80.000 per dus sekarang mampu dipasarkan dengan harga Rp. 190.000,- per dus, meningkat lebih dari 100%.
Komitmen Holstein Indonesia tidak sampai di situ saja. Pasalnya, Holstein sedang berencana untuk membangun rumah pupuk organik untuk memanfaatkan limbah burung puyuh serta peternakan ikan lele di bawaha kandang. Salah satu rencana skala global ialah produk inovasi telur puyuh olahan untuk kegiatan ekspor.
Penghargaan Untuk Itmamul Khuluq dari Danamon Berkat ketekunan dan kepeduliannya akan nasib dan kelangsungan para peternak puyuh di daerah sekitarnya. Itmamul menyabet penghargaan Danamon Social Entrepreuner Awards 2016 bersama empat peraih lainnya pada acara yang digelar oleh PT. Bank Danamon Indonesia tbk di Hotel Westin, Rasuna Said, Jakarta, Kamis (10/11/2016).
Program Danamon Social Entrepreneur Awards merupakan komitmen dan kepedulian Danamon kepada masyarakat yang berjuang menciptakan kesejahteraan Indonesia melalui wirausaha berkelanjutan yang mengatasi masalah sosial di lingkungannya.