Michelle Williams sama sekali tidak menyangka bisa menjalankan tugasnya sebagai ibu tunggal dengan baik hingga sekarang. Setelah mantan suaminya, Heath Ledger, meninggal dunia. Aktris 36 ini memang harus membesarkan anak perempuannya, Mathilda yang kini telah berumur 11 tahun.
“Membesarkan anak sendiri benar-benar proses belajar tanpa henti. Saya sangat sensitif mengenai hal ini. Apalagi, jika mengingat di umur 36 tahun ini, setiap kali akan berkencan, saya harus membawa seorang anak berumur 11 tahun. Itu sama sekali tidak pernah terbayangkan oleh saya sebelumnya,” seru Michelle saat diwawancara oleh majalah Porter.
BACA: Michelle Williams Pacaran Dengan Penulis Buku
Terbiasa menjalani rutinitas sebagai ibu rumah tangga, ia merasa lebih nyaman berada di rumah sehingga tidak pernah terpikirkan untuk mencari pasangan yang baru.
“Saya ini mirip seperti kucing yang lebih suka berada di dalam rumah. Saya orangnya sangat domestik. Rasanya menyenangkan tidak kemana-mana dan mengurus orang-orang di rumah. Saya juga tipikal orang yang senang menyendiri. Saya tidak memungkiri keinginan untuk memiliki pasangan hidup lagi tetapi saya tidak mau memaksakan diri. Saya harus memastikan keinginan itu tidak mengantarkan saya menikah dengan orang yang salah,” terang Michelle.
BACA: Sang Ayah Tegaskan Kematian Heath Ledger Salahnya Sendiri
Keengganannya untuk mencari pengganti Heath Ledger ini sering mendapat teguran dari sahabatnya sendiri, Busy Phillips.
“Teman saya Bus dan suaminya, Marc Silverstein sering berkata, ‘Michelle, kamu seperti berada dalam periode blackout (gelap). Semua orang kini sudah memiliki pasangan dan kamu seperti sedang menunggu mereka untuk bercerai juga!’ Mendengar komentar itu sangat mengejutkan buat saya.”
BACA: Jake Gyllenhaal Akui Kangen Kerja Bareng Heath Ledger
Walau sering disindir seperti itu, pemeran utama Manchester by The Sea ini mengaku lebih nyaman memfokuskan diri untuk mengurus anak perempuannya dan bisa menerima kenyataan jika ia terus hidup sebagai ibu tunggal.
“Jujur, saya termasuk orang yang menerima keadaan apa adanya. Saya percaya untuk tidak melawan takdir, menerima dimanapun Tuhan tempatkan saya. Tetapi jika memikirkan anak saya yang selamanya tidak akan pernah memiliki ayah lagi, di situlah saya tahu, pemikiran saya mungkin tidak sepenuhnya benar.”
Syanne/Tablodnova.com