Salah satu warisan budaya Indonesia ialah tenun, yang merupakan seni dari leluhur. Ya, seperti tenun ikat Ende yang berasal dari NTT memiliki ciri khas yang luar biasa yaitu kain berwarna gelap dan cokelat. Namun, seiring berjalannya waktu penerus untuk membuat tenun ikat Ende semakin berkurang, hal inilah yang dikhawatirkan beberapa masyarakat Ende.
Generasi muda saat ini, kurang tertarik untuk belajar membuat tenun Ende, berbeda dengan zaman dulu setiap anak perempuan sudah dibekali ilmu menenun Ende. Diakui oleh Bernadetha Maria Sere Ngura Aba selaku Pemerhati Sosial Ekonomi untuk kain Tenun mengatakan, tenun ikat Ende sebenarnya masih punya kekuatan untuk tetap bertahan, karena adat yang kuat dan sebagai bahan utama dalam prosesi adat.
Baca: Mengulik Kekayaan Motif Wastra Nusantara
"Sebenarnya potensi ekonomi masyarakat Ende sudah di depan mata, dari hasil tenun Ende saja sudah sangat membantu perekonomian. Tak hanya dari fesyen yang berkembang saat ini, untuk prosesi adat juga memakai kain Ende. Seperti kalau mau menikah, pihak laki-laki memberikan emas kepada perempuan, kemudian perempuan memberikan kain terbaiknya. Dalam keseharian pun masih dipakai untuk ke gereja dan masjid," cerita Sere yang merupakan sapaannya di Museum Tekstil Jakarta Rabu, (14/12) kemarin.
Baca: Peluang Bisnis Mode: Mengolah Wastra Nusantara Menjadi Karya Busana
Maka dari itu, untuk melestarikan kain ikat Ende perlu peran pemerintah untuk membantu. Sere pun memberikan pendapatnya dengan memberikan muatan lokal dalam buku pelajaran sekolah, sehingga dari sekolah dasar anak-anak sudah mengenal dan mengetahui asal usul tenun Ende.
"Usia penenun itu 35 sampai 40 tahun keatas, kalau usia yang dibawah itu memilih menjadi pegawai. Tenun itu sendiri memiliki nilai ekonomisnya ada tapi tidak dilihat. Maka dari itu lebih baik diberitahu di buku pelajaran, kalau anak SD asal usul tenun, warna dan motifnya. Kalau SMP mungkin dari sisi teknis tenun. Jadi kebanggaan dan kecintaannya terhadap tenun semakin bertambah pada anak-anak sekarang ini," ungkapnya.
Baca: Eksplorasi Tenun Ikat Tanimbar di Indonesia Fashion Week 2016
Tak hanya itu saja, pelestarian tenun ikat Ende juga bisa dilakukan dengan memakainya setiap hari, kemudian melihat perkembangan teknologi ketika memakai tenun Ende bisa di posting ke media sosial, sehingga banyak yang melihat dan tertarik untuk membelinya.
Yuni Arta Sinambela/TabloidNova Foto: Yuni Arta Sinambela