Ibu, Ini 8 Cara Menyenangkan Ajari Anak Calistung di Rumah

By nova.id, Selasa, 3 Januari 2017 | 07:15 WIB
Perlukah Belajar Calistung Sebelum Masuk TK (nova.id)

Tak sedikit ibu yang khawatir karena anaknya belum bisa membaca, menulis dan menghitung (calistung). Situasi ini menjadi dilematis karena beberapa sekolah menyeleksi calon siswa baru dengan tes calistung.

Sebetulnya, kapan saat yang tepat mengajarkan calistung pada anak? Benarkah jika mengajarkan calistung terlalu dini, saat remaja anak justru enggan membaca? 

Mengenai hal ini, Direktur Pembinaan PAUD Kemendikbud R. Ella Yulaelawati Ph.D mengatakan, Kementerian Pendidikan melarang anak usia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-Kanak (TK) diajarkan calistung.

Jadi, kemampuan calistung bukanlah suatu kecakapan yang harus diajarkan pada anak-anak usia dini. Justru pembelajaran calistung dilakukan pada tingkat SD.

Baca: Mempersiapkan Si Kecil Masuk TK

Perlu kita tahu, membaca adalah suatu proses yang terdiri dari dua bagian penting, yaitu decoding dan comprehension. Yang pertama, decoding atau penerjemahan penglihatan yang merupakan sebuah kecakapan.

Yang kedua, comprehension atau pemahaman yang tergantung sepenuhnya pada kosakata dan pengetahuan yang dimiliki anak sebelumnya.

Intinya, kemampuan seorang anak itu ada tahapannya. Dimulai dari kemampuan mendengar, kemampuan berbicara, lalu kemampuan membaca, dan terakhir kemampuan menulis.

Jadi, anak perlu dilatih kemampuan mendengarkan terlebih dahulu. Kemudian, ia berbicara atas apa yang didengarnya. Nah, bila sejak dini anak hanya dipacu belajar membaca saja tanpa memiliki pemahaman, ia tidak bisa menulis dalam konteks yang lebih luas.

Baca: Wajib Tahu, Ini Ciri Anak yang Bahagia di Sekolahnya

Belajar Sambil Bermain

Lalu, seperti apa bentuk pembelajaran yang perlu diberikan pada anak usia TK?  Sebenarnya, pembelajaran untuk anak TK bukan dengan cara membaca teks atau bahkan menulis sebuah kata. Akan tetapi, anak usia ini dapat dilatih atau diberi pengetahuan mengenai kata-kata melalui pendengarannya.

Secara konkret, yang boleh dilakukan pada anak usia TK adalah dengan mengajarkan lebih banyak kosa kata, mendongeng, menggambar, mewarnai, membacakan buku cerita yang kreatif dengan ekspresi, bernyanyi, mendengarkan musik, dan melakukan permainan atau games yang edukatif dan kreatif.

Tak kalah penting, pembelajaran atau kegiatan di tingkat TK ini tidak boleh sampai membebani pikiran anak, tapi justru harus dengan suasana yang menyenangkan. Dengan begitu, anak akan melakukannya secara sukarela.

Jadi, konsepnya adalah membantu anak mengenal bahasa tapi tidak dengan belajar membaca apalagi dengan cara memaksa. Belajar sambil bermain dan membuat anak tidak cepat bosan.

Baca: 3 Ciri Orangtua Cerdas di Era Digital, Anda kah Salah Satunya?

Yang penting juga diberikan pada anak usia prasekolah adalah mempersiapkan kemampuan skolastik, perkembangan sosial emosional, kognitif dan motorik.

Ya, pendidikan anak usia dini memang diselenggarakan untuk mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal, melalui kegiatan bermain yang bermakna dalam suasana ramah, aman, nyaman, dan menyenangkan. Kemudian, anak dididik dengan cara bemain secara kelompok maupun individu.

Alhasil, berbagai kegiatan yang dilakukan mampu merangsang seluruh potensi kecerdasan anak agar dapat berkembang secara optimal. Maka diharapkan anak-anak yang mengikuti pendidikan dini lebih siap dalam menghadapi pendidikan di SD.

Baca: Umur Berapa Anak Boleh Pakai Kalkulator untuk Belajar Matematika?

Nah, berikut contoh cara mengajarkan pengenalan huruf pada anak:

Tunjukan gambar atau barang-barang yang dimulai dengan huruf/bunyi tersebut. Misalnya jika kita ingin mengajarkan huruf ”b” yang bunyinya ”beh” (dengan ”e” pepet) maka yang diperkenalkan mula-mula bukan bentuk hurufnya tetapi benda-benda yang mulai dengan huruf tersebut.

Misalnya, kita tunjukkan benda atau gambar  ”buku”, ”balon”, ”bebek”, ”botol”, dan seterusnya. Lalu sebutkan benda tersebut dengan penekanan pada bunyi awal ”beh” tadi. Setelah anak memahami ternyata semuanya dimulai dengan bunyi ”beh” baru ditunjukkan hurufnya.

Selain dapat dikenalkan dengan menunjukkan benda atau gambar, pengenalan huruf juga dapat dilakukan dengan teknik lain seperti teknik asosiasi bunyi, yaitu mengaitkan bunyi huruf dengan bunyi-bunyi di sekeliling kita.

Misalnya, untuk huruf b dengan bunyi ”beh” tadi dikaitkan dengan bunyi suara mesin motor jenis vespa yang sedang jalan (beh beh beh.....) dengan gerakan naik vespa sambil berboncengan keliling ruangan. Atau, huruf a (bunyi ”a”) diperkenalkan dengan suara orang kesakitan karena tangannya tertusuk duri mawar misalnya ”aaaaa....”, huruf i untuk rasa geli melihat ulat.

Nah, setelah anak paham bunyinya, baru tunjukan seperti apa, sih, hurufnya. Kemudian, pengenalan huruf yang baru diajarkan dengan berbagai aktivitas permainan, misalnya pasel dan sebagainya.

Baca: 4 Tips Sukses untuk Orangtua Saat Ajari Anak Matematika

Selain itu, terdapat 8 hal penting yang perlu diperhatikan saat mengenalkan huruf pada anak adalah:

Hilman Hilmansyah/Tabloid NOVA