Lingkar Perut Lebih dari 80 cm, Hati-hati dengan 5 Penyakit Ini

By nova.id, Selasa, 3 Januari 2017 | 07:45 WIB
Duh, Ini Risikonya Miliki Perut yang Buncit! (nova.id)

Anda pernah mengukur lingkar perut? Hmm, coba luangkan waktu sesaat, lalu ambil meteran pengukur. Bila lingkar perut melebihi 80 sentimeter (ukuran standar perempuan Asia), berarti ada kadar lemak yang berlebihan pada tubuh Anda!

Perlu kita tahu, di dalam tubuh ada dua jenis lemak. Pertama, lemak yang berada di bawah kulit yang disebut subcutaneous fat (lemak subkutan). Kedua, lemak di bagian perut yang disebut visceral fat (lemak viseral) yang terdapat bagian dalam dan mengelilingi organ tubuh vital yang ada di sekitar rongga perut.

Menurut, dr. Grace Judio-Kahl, MSc, MH, CHt, dari Klinik Lighthouse, Jakarta, dalam kondisi normal lemak di dalam tubuh berfungsi sebagai penghangat tubuh, cadangan makanan, memproduksi hormon, melindungi organ dalam dan tulang, metabolisme tubuh dan lain-lain.

Berbeda dengan lemak viseral yang notabene termasuk lemak jahat karena menyebabkan penyakit serius seperti diabetes, jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi) dan stroke, gangguan pada liver serta persendian.

Lemak yang tertimbun di bagian dalam perut ini memproduksi banyak hormon dan protein yang menyebabkan pembuluh darah jadi kaku sehingga tekanan darah melonjak, kolesterol naik tak terkontrol, asam urat tak bisa memproses dengan baik dan tubuh jadi resisten pada insulin sehingga kadar gula darah pun meningkat.

Karena itu, tak bisa dianggap enteng bila lemak viseral ini sudah berlebihan, umumnya ditandai dengan tubuh yang gemuk atau bobot tubuh tidak ideal. Maka hal ini perlu menjadi perhatian.

Bisa saja sekarang tak tampak gejala yang mengarah pada suatu penyakit serius. Akan tetapi, bila ini tak diantisipasi sejak dini, justru seperti ‘bom waktu’ yang akan meledak di kemudian hari.

Baca: Ada 6 Tipe Perut Buncit Dilihat dari Penyebabnya, Anda yang Mana?

Nah, mengingat risiko berbagai penyakit tersebut, saatnya bagi yang berbadan gemuk untuk memulai menerapkan gaya hidup sehat. Ya, lebih baik mencegah daripada mengobati. Peribahasa itu mengingatkan kita akan pentingnya menjaga tubuh agar terhindar dari berbagai penyakit berikut:

Diabetes             

Seseorang yang memiliki lemak jahat berlebih pada tubuhnya berisiko mengalami diabetes tipe 2. Kenapa demikian? Begini penjelasannya.

Lemak jahat yang mengelilingi organ vital di sekitar rongga perut tersebut dapat menyebabkan resistensi insulin. Insulin memang tetap akan diproduksi, akan tetapi secara kualitas sudah tidak baik.

Dalam hal ini, insulin sudah tidak peka lagi untuk merespons glukosa tubuh. Alhasil, tidak seluruh glukosa dapat masuk atau ditransfer ke dalam sel-sel tubuh dan justru malah tertimbun di dalam peredaran darah.

Selain itu, hormon insulin ini juga tidak dapat berfungsi dengan baik lantaran reseptor tertutup lemak. Ujung-ujungnya, insulin tidak dapat atau tak mampu membawa glukosa ke sel tubuh. Akibatnya kadar gula darah pun makin meningkat.

Diabetes juga dapat menyebabkan komplikasi, di antaranya penyakit jantung dan tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Baca: Obesitas Pada Anak Dipicu 3 Anggapan Keliru dari Orangtua. Apa Saja?

Jantung

Selain disebabkan pola hidup tidak sehat, serangan jantung biasanya disebabkan timbunan plak dalam pembuluh darah. Seseorang yang di dalam tubuhnya memiliki kadar lemak yang berlebih dapat menimbulkan kadar kolesterol tinggi. Maka terjadi ketidakseimbangan kadar/komposisi lemak tubuh.

Nah, peningkatan kadar kolesterol yang berlebihan ini justru akan menimbulkan plak pada pembuluh darah atau arteri. Plak tersebut dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah sehingga salurannya semakin sempit.

Bila sudah terjadi penyempitan seperti ini, efeknya adalah dapat menghambat aliran darah. Alhasil, jantung akan memompa darah lebih kuat. Kejadian terhambatnya aliran darah dari dan ke jantung ini akan menyebabkan gangguan pada jantung.

Baca: Minum Air Es dan Makan Malam Bisa Bikin Buncit, Mitos atau Fakta?

Hipertensi dan Stroke

Selain itu, terjadinya hambatan aliran darah juga menimbulkan tekanan darah tinggi pada pembuluh darah (hipertensi). Tentunya tekanan darah yang tinggi ini sangat berbahaya, terutama di otak. Pasalnya, pembuluh darah otak sangat halus.

Jika sampai pecah akan menyebabkan stroke (hemmorhagic stroke). Singkat kata, kelebihan lemak membuat darah kehilangan kemampuan untuk membeku yang dapat menyebabkan stroke.

BacA: Kegemukan yang Mengganggu Kesuburan

Persendian atau Osteoarthritis

Seseorang yang bertubuh gemuk berisiko mengalami masalah pada sendi, karena persendian dipaksa untuk menanggung beban atau bobot tubuh yang berlebihan.

Salah satu masalah yang bisa terjadi adalah osteoarthritis, yaitu penyakit sendi menahun yang ditandai dengan adanya proses degeneratif pada tulang rawan sendi. Hal ini dapat menyebabkan sendi terasa nyeri.

Adapun sendi yang paling sering terkena osteoarthritis adalah sendi penahan beban, yaitu lutut, tulang belakang atau punggung, pinggul dan kaki.

Selain itu, badan gemuk atau obesitas berisiko mengalami masalah kaki bengkok yaitu menjadi berbentuk huruf O. Bentuk tulang punggungnya pun tidak seperti orang normal.

Liver

Mungkin belum banyak yang tahu, lemak jahat yang berlebihan di dalam tubuh juga dapat menyebabkan penumpukan lemak di hati (fatty liver). Tentunya hal ini dapat mengganggu fungsi liver.

Adapun fungsi–fungsi liver yang terganggu, antara lain metabolisme kolesterol yang dapat menimbulkan peningkatan kolesterol, proses detoksifikasi atau penawar racun tubuh, proses pencernaan dan penyerapan makanan serta penggunaan zat gizi dalam tubuh.

Mengingat bahaya tersebut, setiap orang wajib membatasi kalori yang masuk tubuhnya. Ikuti 5 cara berikut:

1. Makanan yang masuk ke tubuh harus sama dengan yang dikeluarkan tubuh. Apabila pemasukan makanan banyak, tetapi aktivitas sedikit, lemak dapat menumpuk di tubuh sehingga bisa membahayakan tubuh.

2. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya memiliki kandungan kalori rendah. Secara konkret, rata-rata seseorang butuh 2000 kalori dalam sehari. Maka usahakan batasi kalori yang masuk ke dalam tubuh sekiar 12000-1500 kalori. Mengatur pola makan seperti itu dapat mengurangi berat lemak di tubuh.

3. Terapkan pola konsumsi dengan makanan rendah kalori seharí tiga kali ditambah dengan snack. Pilih snack yang baik seperti salad atau biskuit rendah kalori. Hindari makanan yang mengandung minyak, gula, dan tepung. Misal, olahan tepung berupa mi, kue, kerupuk, keripik, dan roti.

4. Usahakan perbanyak makan sayur dan buah-buahan. Pilih nasi merah ketimbang nasi putih. Kurangi konsumsi daging merah, ganti dengan menu ikan dan ayam. Daging merah cukup dua kali seminggu.

5. Tak kalah penting, perhatikan pengolahan bahan makanan tersebut. Hindari memasak menggunakan minyak goreng karena mengandung kalori cukup tinggi. Kemudian, makanan sebaiknya diproses masak dengan cara dipanggang (grill) atau dipepes. Ketika mengolah ayam, dianjurkan membuang bagian kulit dan dipanggang.

6. Selain memerhatikan pola makan, olahraga juga penting rutin dilakukan. Berolahraga 2-3 kali dalam seminggu dengan durasi 20-30 menit. Pilih jenis streching (peregangan otot), yakni yoga dan pilates.

BACA: Ajaib, Ini Makanan yang Rampingkan Perut

Selain itu, jenis olahraga kardio yang membuat tubuh bergerak lebih aktif, antara lain jalan kaki, treadmill atau body combat. Olahraga juga dapat dilengkapi dengan latihan beban karena dapat menambah massa otot sehingga lebih cepat membakar lemak.

Olahraga akan melatih jantung untuk memompa darah, sekaligus membuat pembuluh darah elastis, sehingga bisa mengembang dan mengecil (kontraksi-dilatasi). Artinya, rutin berolahraga membantu pembuluh darah tidak kaku dan jadi lebih bebas serta arus aliran darah tidak terhambat menuju ke semua organ tubuh.

Penting bagi kita untuk menjaga berat badan agar tidak terlalu gemuk, khususnya bagi mereka yang dalam keluarganya memiliki riwayat penyakit  tekanan darah tinggi/hipertensi, diabetes, sakit jantung, dan memiliki kadar kolesterol tinggi.

Perlu diingat juga bahwa pada dasarnya setiap orang bisa menurunkan berat badannya, asalkan memiliki motivasi yang tinggi. Seseorang juga harus tahu apa dan bagaimana yang harus dilakukan, mau meningkatkan kontrol diri, dan meng-update pengetahuan mengenai cara mengatasi masalah ini.

Jangan lupa untuk melakukan kontrol untuk mengetahui apakah berat badan Anda mulai berlebih dengan memeriksakan diri ke dokter. Dengan berat badan normal, risiko penyakit akan menjadi menurun dan kualitas hidup Anda dapat tetap maksimal.

Hilman Hilmansyah/Tabloid NOVA