Psikolog Ungkap Penyebab Masalah Menantu dan Mertua Sering Tidak Akur

By , Selasa, 17 Januari 2017 | 07:45 WIB
Psikolog Ungkap Penyebab Masalah Menantu dan Mertua Sering Tidak Akur (Nova)

Sebelum mengulas lebih rinci, terbersit pertanyaan tentang bagaimana kondisi hubungan Anda dengan mertua atau menantu sekarang ini? Apakah harmonis atau justru sebaliknya?

Sadar atau tidak, tidak hanya di Indonesia, bahkan di luar negeri sekalipun, fenomena hubungan antara mertua dengan menantu seringkali menjadi cikal bakal masalah dalam membangun biduk rumah tangga.

Ya, hal tersebut mungkin bisa terelakkan bagi mereka yang tidak tinggal satu atap dengan sang mertua. Tapi, bagaimana dengan pasangan suami istri yang terpaksa harus bersama dalam satu rumah karena kondisi tertentu?

Baca: 11 Karakter Mertua yang Harus Anda Pahami Demi Hubungan yang Harmonis

Ada anggapan yang bilang bahwa soal hubungan antara mertua dengan menantu dapat diistilahkan seperti ‘Dekat itu busuk, jauh itu harum’. Dalam artian, jika bertemu setiap hari dan beraktivitas bersama secara terus menerus maka dikhawatirkan akan memicu gesekan antar keduanya. Baik dalam skala kecil maupun besar yang dapat dikarenakan masalah sepele sekalipun.

Namun, apa sebenarnya penyebab masalah menantu dan mertua sering tidak akur? Faktor apa saja yang menjadi dasar ketidakcocokkan antara mertua dengan menantu? Khusus untuk tabloidnova.com, psikolog Ayoe Sutomo menjawabnya.

“Umumnya masalah ini dipicu perbedaan pola pikir, gap generation dan masalah prinsipil lainnya. Namun, semestinya jika perbedaan tersebut mirip atau masih mendasar bisa dihadapi. Paling banyak terjadi soal cara mengasuh anak. Misalnya soal pemberian mainan gadget pada anak, soal sikap galak disiplin hingga tentang siapa pengendali keuangan dalam rumah tangga atau apakah istri boleh beekrja atau tidak,” ujar Ayoe.

Baca: Saat Mertua Terlalu Ikut Campur dalam Urusan Rumah Tangga

Ayoe pun tak menampik jika pertikaian atau beda pendapat antara mertua dengan menantu terjadi dikarenakan salah satu pihak yang dinilai terlalu ikut campur urusan rumah tangga anaknya. Apalagi bagi pasangan suami istri baru yang sebenarnya juga masih butuh waktu untuk beradaptasi.

“Makanya, penting untuk disadari bahwa ketika memutuskan untuk menikah dengan pria atau perempuan pilihan, sebaiknya dibicarakan secara jelas soal prinsip pengaturan keuangan rumah tangga, pola asuh, kemudian bagaimana pasangan memandang peran suami atau istri dalam pernikahan hingga seberapa besar peran dan cara bagaimana memperlakukan orangtua dalam rumah tangga,” tambah Ayoe.

Baca: 5 Tanda Calon Mertua Bakal Jadi Masalah dalam Perkawinan

Keempat hal yang sudah dijelaskan di atas menurut Ayoe sangat penting untuk disamakan prinsipnya antara kedua belah pihak, bahkan sejak pacaran. Lebih lanjut ia mengatakan, meskipun terlihat sederhana, kenyataannya konflik dalam pernikahan biasanya berawal dari kondisi tersebut.

“Supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, sumber konflik dari hubungan antara mertua dan menantu harus masuk dalam proses penyamaan value saat persiapan menikah. Kenali asal muasal, latar belakang, karakter sekaligus kebiasaan mertua merupakan permulaan paling baik demi meminimalisasi ketidakcocokkan dengan orangtua pasangan kita,” tutup Ayoe.