Ternyata Balita Tak Perlu Konsumsi Garam

By nova.id, Kamis, 26 Januari 2017 | 02:15 WIB
Batas aman konsumsi gula dan garam selama puasa (nova.id)

Tabloidnova.com- Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Termasuk dengan asupan  garam. Kebiasaan orang Indonesia selalu membumbui garam di setiap masakan mereka.

Pola itu terbentuk sejak seseorang masih berusia balita. Semisal, seorang ibu membuatkan buah hatinya bubur, ia selalu menyamakan rasa dari makanan si buah hati dengan takaran dirinya yang notabenenya adalah orang dewasa. Pola yang ditanam sejak kecil itulah yang akan terbawa hingga dewasa. Semestinya, anak usia di bawah lima tahun tidak memerlukan garam di makanan mereka.

Menurut Sekretaris Komite Nasional Gizi dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular, dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc. Sp.GK. mengatakan ada ambang batas mengkonsumsi garam. Ia mengatakan dalam 24 jam seseorang cukup mengkonsumsi garam 5 gram.

"Garam cukup dengan satu sendok teh sehari dan tidak lebih," kata dr. Tirta Prawita Sari di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan.

Ada ancaman penyakit jika seseorang mengkonsumsi garam, gula dan lemak secara berlebihan. Beberapa penyakit tidak menular seperti resiko penyakit jantung,  pembuluh darah dan ancaman diabetes.

"Kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah dan diabetes," ucapnya.

Namun demikian, ia tak mau konsumsi garam menjadi momok bagi masyarakat  Indonesia. Bukan berarti masyarakat harus memusuhi garam. Hanya saja, konsumsi kandungan garam harus lebih cermat.

"Saya sebenarnya bukan penganut orang yang tidak boleh berurusan dengan garam. Harus diingat di Indonesia fortifikasi yodium kendaraannya garam," tambahnya.

Ia pun meminta masyarakat tidak usah terlalu takut dengan mengkonsumsi garam. Bila sampai kekurangan yodium tentu saja hal tersebut juga berdampak tidak baik untuk tubuh. Terlebih, di daerah yang sumber yodiumnya sangat rendah.

"Saya khawatirnya, jika terlalu memusuhi garam ada daerah-daerah yang sumber yodiumnya sangat sedikit akan kekurangan yodium lebih parah lagi," imbuhnya.

Ia pun menegaskan, bukan melarang mengkonsumsi garam, melainkan membatasi konsumsi garam.

Menda Clara Florencia