Hati-hati, Sikap Anak Terlalu Cerewet Tak Selalu Positif, Lo!

By , Sabtu, 28 Januari 2017 | 03:30 WIB
Hati-hati, Sikap Anak Terlalu Cerewet Tak Selalu Positif, Lo! (Nova)

Momen pertumbuhan usia anak-anak adalah masa-masa menggemaskan. Segala sesuatunya selalu menjadi perhatian orang dewasa. Tak hanya hanya tingkah lakunya yang polos, celotehannya juga tak kalah lucu dan menarik untuk didengar.

Apalagi, si buah hati yang tengah menginjak usia 12 - 36 bulan. Pada usia ini anak memang memiliki rangsangan untuk berbicara. Segala sesuatu hal baru yang ada dihadapannya selalu bisa menjadi bahan pertanyaan.

Baca: Anak yang Tidak Bisa Diam Belum Tentu Hiperaktif

Rasa keingintahuan anak pada usia ini cukup besar. Sebagai ibu, Anda harusnya dapat mengapresiasi hal ini. Bahkan, ibu wajib menjelaskan apa yang ditanya oleh anak. Tentunya dengan bahasa ilmiah yang mudah dicerna anak.

Baca: Jangan Dimarahi, Ini Pola Asuh Anak Pembangkang yang Benar Menurut Pakar

Tak hanya banyak tanya, usia ini juga sering kali mengulang-ulang ucapannya. Tak heran, Si Kecil acapkali disebut cerewet oleh orangtuanya sendiri.

Baca: Menelisik Kemampuan Intelektual Anak Hiperaktif

Nah, apakah anak yang cerewet tanda kecerdasan? Lalu, bagaimana menghadapi sikap anak yang cerewet?

"Orangtua harusnya lebih senang jika anak kita aktif. Makanya orangtua harus kreatif. Semakin anaknya bisa melakukan hal baru, orangtua harus semakin senang. Hanya saja kalau anaknya cerewet kita meski hati-hati," kata dr. Markus M. Danusantoso, SpA kepada tabloidnova.com .

Baca: Tips Mendidik Anak Hiperaktif di Sekolah

Lebih lanjut menurut dr. Markus, anak cerewet belum tentu menjadi tanda positif. Bahkan, anak cerewet perlu diwaspadai. Hanya saja, di usia ini, cerewet yang diungkapkan anak harusnya sudah terarah. Itu lebih baik ketimbang anak cerewet tanpa arah. Sebab, semakin besar anak, semakin bisa diajak komunikasi.

"Kalau cerewet terarah bagus. Tapi kalau cerewetnya maunya anak, itu harus diperiksa. Karena kalau anak semakin besar semakin bisa diajak komunikasi, bisa nurut, bisa diatur, bukan mau-maunya dia," tegas dr. Markus.