Mengapa penyakit asam lambung sedemikian berbahaya? Apa bedanya penyakit asam lambung dengan penyakit mag?
Menurut dr. Febie Chriestya, MSc., SpPD., dari Brawijaya Women & Children Hospital dan Brawijaya Clinic Plaza Oktroi Kemang, penyakit asam lambung atau GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) memang sering dikira penyakit mag karena gejalanya mirip, yaitu nyeri di sekitar perut. Padahal, keduanya berbeda.
Baca: Puteri Indonesia Maluku 2016 Ini Dikabarkan Meninggal Dunia Karena Asam Lambung
Mag atau gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang disebabkan bertambahnya jumlah asam lambung yang diproduksi dan berkurangnya faktor-faktor yang melindungi mukosa lambung tersebut. Gejala utamanya adalah nyeri perut bagian atas tengah dan kiri (di area lambung).
Sementara, GERD adalah penyakit reflux atau naiknya asam lambung menuju esophagus.
“Yang seharusnya, arahnya dari atas ke bawah, ini malah kebalikan dari bawah balik lagi ke atas. Sehingga menimbulkan nyeri pada ulu hati atau sensasi terbakar di dada. Esophagus juga dikenal sebagai kerongkongan, yaitu bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan mulut dan lambung,” papar Febie seraya mengatakan lokasi nyeri GERD adalah di dada bagian tengah atas sepanjang area kerongkongan.
Baca; Nyeri Dada? Kenali Perbedaan Gejala Asam Lambung dan Serangan Jantung
Gejala GERD yang dirasakan adalah sensasi rasa terbakar di bagian dada atau nyeri ulu hati. “Mulut serta kerongkongan akan terasa tidak enak, dada terasa terbakar, kadang orang mengira terkena serangan jantung.”
Cara diagnosis yang dilakukan adalah dokter mengajukan beberapa pertanyaan pada pasien. Misalnya, apakah ada rasa terbakar, panas, atau bloating sensation? Apakah setelah makan langsung tidur dan kebiasaan lainnya.
Dari jawaban pasien bisa digambarkan lokasi penyakit dan penjalarannya ke mana saja.
Terkadang, orang awam menganggap lokasi nyeri GERD juga mirip dengan serangan jantung. “Memang, lokasinya mirip dengan nyeri jantung. Tapi, rasa nyerinya berbada. Nyeri jantung rasanya seperti ditindih dan berat seperti terjepit pintu di dada bagian kiri, dan dapat menjalar ke pundak dan lengan kiri.”
Jika curiga atau ragu, ada baiknya membuat food diary.
“Jadi, dalam seminggu amati setiap mengonsumsi makanan apa saja yang membuat gejala muncul selama 24 jam terakhir. Nanti akan kelihatan makanan apa yang memicu sakit.”
Selain membuat food diary, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit asam lambung:
1. Obat penurun asam lambung
Sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan diagnosis dan segera mendapatkan terapi yang tepat.
“Biasanya dokter akan memberi obat penurun asam lambung atau penekan fungsi asam lambung, sehingga gejalanya bisa mereda dulu. Jika berhasil ditekan maka radangnya berkurang, katup tidak akan terbuka dan bisa menutup kembali.”
BACA: Kenali Penyebab dan Penanganan Asam Lambung
2. Ubah kebiasaan makan
Lakukan modifikasi lifestyle karena prinsip kerja obat hanya menekan gejala. Kalau gaya hidup tidak tepat, maka penyakit akan lebih mudah datang.
“Jangan langsung tidur setelah makan, hindari makan yang terlalu malam. Paling tidak 3 jam sebelum tidur sudah tidak mengonsumsi makanan lagi.”
BACA: Ini Perbedaan Gejala Serangan Jantung pada Pria dan Wanita
3. Hindari pemicunya
Hindari makanan pencetus seperti alkohol, kopi, cokelat, tomat serta merokok. Meskipun belum ada penelitian yang bisa ‘dipegang’ tentang makanan-makanan ini, karena pada setiap orang akan berbeda dampaknya.
Baca: Penyakit Asam Lambung Hanya Gara-Gara Kopi?
4. Perbanyak makanan berserat
Perbanyak makan berserat karena serat mempercepat pengosongan lambung. “Saat lambung sudah selesai bekerja mencerna makanan, terjadi pengosongan lambung, isi lambung yaitu makanan akan turun ke usus halus, produksi asam lambung berkurang.”
Baca: Bolehkah Minum Susu Usai Mengonsumsi Obat?
5. Makanan yang sulit dicerna
Sebaliknya, jangan mengonsumsi makanan yang membuat pengosongan lambung menjadi lama (delayed gastric emptying). “Misalnya, makanan berlemak yang lama dicerna, sehingga otomatis asam lambung akan diproduksi dalam jangka lama.”
Jika GERD semakin parah bisa dibutuhkan terapi bedah, meski jarang terjadi. Bahkan jika gejala GERD dibiarkan bertahun-tahun bisa menjadi ganas.
“Pada jangka panjang, peradangan kronis bisa memicu munculnya kanker esophagus.”
Maka, Febie kembali mengingatkan, jangan pernah sepelekan gejala asam lambung. Segera berkonsultasi ke dokter jika merasa tidak nyaman. “Dan terpenting, lakukan modifikasi lifestyle agar bisa terhindar dari bahaya penyakit asam lambung.”
Noverita K. Waldan/Tabloid NOVA