Kisah “Ratu Pemburu” Boko Haram, Aisha Bakari Asal Nigeria

By nova.id, Jumat, 10 Februari 2017 | 01:00 WIB
Aisha Bakari, perempuan tangguh berusia 38 tahun yang direkrut angkatan darat dan dipanggil dengan sebutan ratu pemburu (nova.id)

Di saat tujuh orang perempuan dan empat anak-anak hilang diculik ke hutan Sambisa, telepon genggam Aisha Bakari Gombi berdering. Suara di ujung telepon itu sangat akrab di telinga perempuan itu. Seorang komandan angkatan darat meminta Aisha mengumpulkan para pemburu untuk mencari warga yang hilang itu. Ketujuh perempuan itu hilang setelah kelompok militan Boko Haram menyerang Daggu, desa tempat tinggal Aisha. Selain menculik perempuan dan anak-anak, tiga orang tewas ditembak, sejumlah mobil, rumah, dan toko dibakar. esa Daggu berjarak 4,5 jam berkendara dari desa Chibok tempat 200  siswi sekolah diculik pada April 2014.  Daggu dan Chibok berada di negara bagian Borno di sisi timur laut Nigeria yang kerap diserang kelompok militan paling mematikan itu. Aisha Bakari Gombi lahir dan besar di sekitar hutan Sambisa, tempat Boko Haram beroperasi meski militer Nigeria sudah menghancurkan sejumlah besar kamp kelompok itu. Aisha biasa berburu antilop, babon, dan hewan-hewan lainnya di dalam hutan itu. Kini, dia memburu Boko Haram. Di kawasan itu terdapat ribuan pemburu yang direkrut militer Nigeria sebagai tenaga lepas. Namun, Aisha adalah satu dari sedikit perempuan yang terlibat dan menjadi pahlawan bagi masyarakat setempat. Kesigapan Aisha di dalam hutan, membuatnya dijulukui "Ratu Pemburu" oleh warga desa Daggu dan sekitarnya. "Misi pertama kami gagal karena Boko Haram bersenjata berat, namun kami mengetahui lokasi para perempuan itu ditahan," kata Aisha. "Kami bisa membebaskan mereka jika militer memberi kami senjata yang lebih baik," tambah Aisha. Seperti sebagian penduduk di kawasan itu, Aisha adalah seorang Muslim tetapi dia juga masih memegang teguh kepercayaan tradisional. Salah satu kepercayaan tradisional yang dipercayainya adalah menyiram para pemburu dengan ramuan rahasia untuk melindungi mereka dari terjangan peluru. Perempuan berusia 38 tahun ini memimpin sekelompok pemburu berusia 15-30 tahun yang berkomunikasi dengan bahasa isyarat, suara hewan, hingga kicauan burung."Boko Haram mengenal dan takut kepada saya," ujar Aisha yang kelompok pemburunya sudah membebaskan ratusan orang dari sekapan Boko Haram.

AD Nigeria mulai merekrut perempuan pada 2011, meski secara nasional jumlah perempuan dalam militer masih rendah, tetapi di kawasan ini para perempuan memiliki alasan sendiri bergabung dalam kelompok anti-Boko Haram. Salah satunya adalah Hamsat Hassan, yang saudara perempuannya diculik Boko Haram sejak dua tahun lalu dan belum kembali hingga saat ini. "Saya tak bisa menembak saat saya diminta bergabung dengan asosiasi pemburu di kota Gombi, tetapi hal yang saya tahu saya ingin membalas dendam mereka yang menculik saudari saya," ujar Hamsat. Hamsat dan Aisha ada di antara 228 orang laki-laki dan perempuan yang direkrut pemerintah setempat secara formal tahun lalu. Namun, pada Oktober tahun lalu, Aisha dan kawan-kawannya tak menerima lagi gaji sebesar 10.000 naira atau Rp 421.000 per bulan. Dua bulan kemudian sebagian besar anggota kelompok pemburu itu mengundurkan diri, tetapi tidak Aisha dan Hamsat yang tetap siap bertempur. Bukar Jimeta, komandan asosiasi pemburu Gombi, mengatakan kemunduran program ini ditambah kekurangan dana membuat mereka kesulitan mencegah Boko Haram menyusun kekuatannya kembali. Para pemburu ini tak sendirian dalam hal kekurangan dana. Pada Desember, sekelompok prajurit Nigeria mengunggah video ke YouTube berisi permintaan peralatan, makanan, dan air bersih. Angkatan darat juga menghadapi skandal korupsi di level tertingginya. Mantan penasihat keamanan nasional Sambu Dasuki bahkan segera diadili karena mencuri dana sebesar 1,8 miliar poundsterling yang seharusnya digunakan untuk membeli senjata bagi militer. Para pemburu ini yakin kemampuan mereka melacak jejak sangat penting bagi upaya militer memberantas Boko Haram, meski mereka kekurangan persenjataan. "Saya menunggu perintah untuk kembali menyelamatkan anak-anak dan perempuan dari Daggu, tetapi saya tak tahu apakah tentara akan memberi senjata bagi kami," ujar Aisha. Aisha berjanji meski tak mendapatkan senjata yang memadai, dia dan teman-temannya tetap akan berupaya menyingkirkan Boko Haram dari hutan Sambisa.  

Ervan Hardoko/Kompas.com