Demi mendapatkan keturunan, beragam cara biasanya ditempuh oleh pasangan yang belum dikaruniai buah hati dalam waktu yang cukup lama. Salah satunya dengan cara inseminasi, salah satu prosedur alternatif bagi pasangan infertilitas.
Dalam dunia medis, teknik ini bertujuan untuk membantu proses reproduksi dengan cara memasukan sperma yang telah disiapkan ke dalam rahim menggunakan kateter. Hal ini bertujuan membantu sperma menuju telur yang telah matang (ovulasi) sehingga terjadi pembuahan.
Baca: Saking Miripnya, Benarkah Anak Kembar Punya Telepati?
Namun, kita juga sering mendengar bahwa inseminasi bisa dilakukan bila kita ingin memiliki anak kembar. Sebenarnya, bagaimana prosedur program inseminasi sehingga bisa menghasilkan anak kembar, ya?
Kembar sendiri dapat terjadi karena adanya dua zigot atau dua sel telur yang berbeda dan dibuahi oleh dua sel sperma yang terpisah. Bayi yang dihasilkan pun bisa memiliki jenis kelamin yang berbeda ataupun sama.
Baca: 3 Alternatif Cara dan Posisi Menyusui Bayi Kembar Bersamaan
Nah, dibalik semua itu kelahiran bayi kembar pada proses inseminasi menimbulkan risiko. Seperti yang diterangkan oleh Dr. Yassin Yanuar MIB, SpOG., MSc., “Pada program inseminasi, bayi kembar sebenarnya merupakan risiko. Risiko di sini maksudnya, karena prosedur program inseminasi menggunakan dua sel telur, maka kemungkinan untuk berhasil keduanya pun juga ada. Maka, kemudian akan lahir bayi kembar,” jelasnya.
Pada inseminasi, penggunaan dua sel telur bertujuan agar kemungkinan untuk berhasil bisa lebih besar dibanding dengan hanya menggunakan satu sel telur.
Baca: Kisah Haru Yuliana-Yuliani, Kembar Siam yang Dipisah 29 Tahun Lalu
Namun, lanjut Dr. Yassin, jangan dibalik. Jangan menggunakan prosedur inseminasi dengan tujuan ingin memiliki bayi kembar. Kemungkinan inseminasi yang berhasil menghasilkan bayi kembar tidak terjadi 100 persen.
Dionysia Mayang/NOVA.id