Mana yang benar, penderita darah tinggi jadi sering marah, atau karena marah jadi darah tinggi? Hipertensi atau tekanan darah tinggi disebut-sebut sebagai pembunuh nomor satu. Hipertensi kerap disebut sebagai "silent killer" sebab seringkali tak menunjukkan gejala, namun sangat mematikan.
Baca: Wanita Lebih Berisiko Hipertensi, Ini Sebabnya
Pemahaman awam yang beredar selama ini adalah seseorang yang kerap marah dan mudah terpancing emosinya lantaran menderita tekanan darah tinggi. Benarkah?
Hal tersebut dibantah oleh Dr. dr. Yuda Turana, Sp. S. "Bukan karena hipertensi lalu jadi sering marah-marah. Tapi orang marah menyebabkan tekanan darahnya naik," jelasnya pada Nova.id.
Jadi jangan terbalik. Marah bukan hasil dari hipertensi. Melainkan, usai marah menyebabkan tekanan darah naik.
Tekanan darah tinggi atau di atas normal bila angkanya melebihi 140/90 mmHg. Seseorang yang memiliki genetik darah tinggi ada baiknya selalu memantau angkanya.
"Cek rutin. Jangan ada masalah baru cek. Sebaiknya selalu tahu angka tekanan darah kita," lanjutnya.
Hipertensi dapat dipantau dengan screening. Sebagian besar penderita mengeluhkan rasa sakit di kepala bagian belakang, terutama saat bangun tidur.
Tidak menutup kemungkinan penderita merasa pusing (vertigo), bahkan efek vertigo ada dengungan berisik di dalam telinga (tinitus), mata buram dan sampai tidak sadarkan diri karena pingsan.
Waspadai bila jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah kerja berat, mudah lelah, wajah memerah dan hidung berdarah. Segera ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat. Jangan sampai terlambat, ya!
Baca: 4 Penyakit Mengintai Wanita Akibat Hipertensi
Menda Clara Florencia/Nova.id