Mengenal Penyebab dan Pengobatan Syringomyelia, Kista yang Tumbuh di Sumsum Tulang Belakang

By Dionysia Mayang, Sabtu, 1 April 2017 | 08:45 WIB
Usia 30 Tahun, Kesehatan Massa Tulang Semakin Menurun (Dionysia Mayang)

Ada kisah mengharukan yang sedang viral di linimasa saat ini.

Dimana seorang suami bernama Fidelis Ari harus masuk penjara akibat kedapatan menanam ganja.

Sedianya ganja tersebut ia gunakan sebagai cara satu-satunya untuk mengobati istrinya yang menderita syringomyelia.

Sang istri pun meninggal karena selama di penjara Fidelis tak bisa membantu pengobatannya. 

Tapi, sebenarnya apa itu penyakit Syringomyelia?

Penyakit yang mungkin masih asing bagi kita ini merupakan penyakit langka di mana ada kista berisi cairan (syrinx) yang tumbuh pada sumsum tulang belakang.

Seiring berjalannya waktu, kista tersebut bisa tumbuh semakin besar, merusak sumsum tulang belakang dari bagian pusat lalu keluar.

Akibatnya timbul rasa sakit, lemah, dan kekakuan pada punggung, pundak, tangan, dan lengan.

Penderita penyakit ini akan kehilangan kemampuan untuk merasakan dingin dan sakit secara normal.

Beberapa penderita bahkan tidak akan merasakan gejalanya dan tidak membutuhkan pengobatan.

Sedangkan bagi penderita lain, gejala dan komplikasi syringomyelia bisa jauh lebih parah seiring bertumbuhnya syrinx.

Baca: Penyebab Golongan Darah AB Sangat Langka, Hanya Dimiliki 4 Persen Penduduk Dunia

 

Syringomyelia bisa disebabkan karena malformasi chiari tipe 1 (CM1), yaitu suatu kondisi di mana jaringan otak menjorok ke kanal tulang belakang.

Gejalanya sendiri bisa muncul pada usia remaja atau dewasa awal.

Pada beberapa kasus, jatuh, trauma ringan, batuk, atau mengejan dapat memicu gejala syringomyelia.

Penyakit ini bisa memicu komplikasi seperti trauma, meningitis, hemorrhage atau pendarahan, tumor, dan arachnoiditis atau nyeri kronis pada tulang belakang.

Baca: Gaucher Disease, Penyakit Langka pada Anak dengan Biaya Pengobatan yang Tinggi

 

Gejala-gejala syringomyelia bisa membuat kelemahan otot, hilangnya refleks, dan hilangnya kepekaan terhadap nyeri dan dan suhu. Sedangkan, gejala lainnya adalah:

  1. Kaku pada bahu, punggung, lengan, dan kaki
  2. Nyeri di leher, lengan, dan punggung
  3. Fungsi usus dan kandung kemih terganggu
  4. Kelemahan otot dan kejang pada kaki
  5. Wajah nyeri atau mati rasa
  6. Tulang belakang melengkung atau skoliosis

Pengobatan dan penanganan syringomyelia tergantung pada tingkat keparahan dan gejalanya.

Meskipun sangat jarang terjadi, syrinx bisa sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Baca: Anak Menderita Penyakit Langka karena Kelainan Metabolik, Bagaimana Penanganannya?

 

Bila kondisi memburuk, biasanya akan dianjurkan operasi yang bertujuan untuk menghilangkan tekanan akibat syrinx pada sumsum tulang belakang dan menormalkan aliran cairan serebrospinal.

Operasi akan dilakukan sesuai jenis dan tahap keparahan syringomyelia.

Bila disebabkan oleh malformasi chiari, maka akan direkomendasikan operasi bedah untuk mengurangi tekanan pada otak dan sumsum tulang belakag.

Kemudian untuk mengeringkan syrinx, maka akan dilakukan operasi shunt, yang bertujuan untuk mengalirkan syrinx keluar.

Operasi lainnya adalah untuk mengangkat obstruksi terutama bila ada tumor atau pertumbuhan tulang yang menghambat aliran cairan serebrospinal, agar aliran kembali normal.

Baca: Nyeri Tulang Belakang Tak Harus Dioperasi

Operasi jenis berikutnya adalah untuk mengoreksi kelainan tulang belakang, agar kelainan bisa diperbaiki, mengembalikan aliran cairan, dan memungkinkan syrinx menipis.

Namun, beberapa jenis pembedahan ini tidak selalu efektif mengembalikan aliran cairan serebrospinal, dan syrinx mungkin tetap ada.

Perawatan tindak lanjut setelah operasi sangat diperlukan, karena syringomyelia bisa kambuh.

Baca: Latihan Peregangan untuk Obati Nyeri Punggung

Perlu dilakukan pemeriksaan teratur dengan dokter untuk menilai hasil operasi. 

Syrinx lain bisa saja terbentuk, sehingga membutuhkan operasi tambahan lain.

Setelah pengobatan pun, gejala syringomyelia mungkin masih bertahan karena syrinx menyebabkan kerusakan saraf tulang belakang secara permanen.

Sumber : www.healthline.com, www.mayoclinic.com