Kanker serviks merupakan kanker nomor 2 terbanyak yang diderita oleh para perempuan Indonesia, setelah kanker payudara.
Penyebab utamanya infeksi virus human papilloma virus atau HPV.
(Baca: Vaksin HPV, Penting untuk Cegah Kanker Seviks)
Menurut Prof. Dr. dr. Andrijono, Sp.OG(K)., dari lebih dari 100 tipe HPV, hanya ada sekitar 20 serotipe HPV yang bisa menyebabkan kanker atau tipe onkogenik.
“Di Indonesia sendiri tipe onkogenik HPV yang paling banyak adalah serotipe 16, 18, dan 52,” jelasnya.
(Baca: Cegah Kanker Leher Rahim, Umur Berapa Sebaiknya Perempuan Vaksin HPV?)
Selain kanker serviks, HPV juga bisa menyebabkan kanker lain, seperti kanker mulut, nasofaring, vagina, penis, dan anus.
“Pencegahan kanker serviks ada yang primer dan sekunder. Pencegahan primer dengan vaksin, dan sekunder dengan skrining,” jelas Prof. Andrijono yang juga menjabat sebagai Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI).
Sayangnya, cakupan skrining di Indonesia masih sangat rendah, dengan IVA atau inspeksi asam visual asetat sebesar 3,5 persen, dan pap smear sebesar 7,7 persen.
“Karenanya, kita perlu meloncat ke program vaksinasi. Kalau infeksi HPV bisa dicegah, kanker serviks bisa dicegah,” tuturnya.
(Baca: Ternyata Papsmear dan Tes IVA Tidak Mahal, Tapi Sangat Penting untuk Wanita)
Vaksin HPV sendiri berasal dari cangkang virus, bukan dari virus yang dilemahkan sehingga tidak mungkin menyebabkan viremia atau infeksi virus.
Di Amerika Serikat sendiri vaksin HPV ekuivalen yang mengandung 4 serotipe virus sudah tidak dipakai lagi.
“Bukan karena vaksin tersebut berbahaya, melainkan karena di AS sudah digunakan vaksin baru yang menggunakan 9 serotipe,” jelas Prof Andrijono.
(Baca: Ini Cara Alami Cegah Kanker Payudara dan Kanker Serviks)
Keamanan vaksin HPV telah dibuktikan melalui penelitian ilmiah yang hingga saat ini masih berjalan dan masuk pada tahun ke-15.
Pada program vaksinasi serentak di Jakarta tahun lalu tidak ditemukan keluhan efek samping kecuali sakit atau bengkak di lokasi penyuntikan, dan merupakan hal yang wajar.