Abdul Azis Adam Maulida, Meraup Berkah Dari Si Cacing Tanah

By nova.id, Kamis, 13 April 2017 | 12:45 WIB
Abdul Azis Adam Maulana (nova.id)

Bermodal kemauan belajar dan kesungguhan, warga Sukun, Kodya Malang ini sukses membangun usaha budi daya cacing. Kini, omsetnya menyentuh angka ratusan juga rupiah per bulan.

Tak pernah terpikir di benak Abdul Azis Adam Maulida (40) untuk membudidayakan cacing. Setelah keluar dari pekerjaannya di sebuah perusahaan kimia tahun 2010, sarjana teknik industri ini sempat menganggur selama setahun. Saat jobless, dia pergi ke Semarang untuk belajar cara membudidayakan belut. “Saat belajar ternak belut itulah saya pertama kali kenal cacing. Cacing adalah makanan terbaik belut,” kata Adam.

Ternyata, beternak belut tak semudah yang dibayangkan. Banyak faktor yang harus dijaga agar belut bisa berkembang baik. Adam pun memilih mundur dari menjadi peternak belut. Gagal di usaha ternak belut, Adam banting setir dan mencoba beternak sapi dengan menggandeng peternak sebagai mitra kerja.

Tetapi, lagi-lagi ia kurang berhasil, sebab kalau tidak jeli, ternak juga kadang sering mati. “Dari pengalaman itu saya mengambil kesimpulan, usaha apa pun, apalagi yang berurusan dengan makhluk hidup, harus konsisten dan berkelanjutan,” imbuhnya.

Kemauan Untuk Sukses

Setelah bergonta-ganti jenis usaha, ada satu usaha yang Adam tetap jalankan walaupun bukan usaha utama yaitu budi daya cacing dengan harapan bila suatu saat membuka usaha yang butuh cacing sebagai salah satu bahan, ia tak kesulitan lagi. “Merawatnya gampang, makanannya pun tak perlu beli, cukup sampah dapur dihaluskan,” katanya.

Tergelitik dengan kondisi usahanya, Adam menetapkan apa pun rintangannya dia harus sukses. Ia akhirnya menetapkan hati untuk serius beternak cacing. Proses yang cukup simpel mendorongnya untuk mulai mengembangkan budi daya cacing jenis lumbricus rubelus, tahun 2013.

Karena tak mungkin membudidayakan sendiri, Adam menggandeng warga di sekitar rumahnya di Malang untuk menjadi mitra kerja. Ilmu tentang beternak cacing dia peroleh sambil jalan dan belajar dari banyak orang.

“Ya, pokoknya learning by doing lah,” katanya sambil tertawa. Cacing hasil ternaknya dan cacing pasokan masyarakat dia pasarkan ke peternak ikan dan udang di kawasan Banyuwangi hingga Tuban (Jawa Timur).

Ternyata, pilihan Adam tak salah. Usaha budi daya cacingnya berkembang baik. Tahun 2014, dia mendirikan CV Rumah Alam Jaya Organik. Dalam perjalanannya, Adam sadar bahwa membudidayakan cacing sebenarnya bukan sekedar mendapat penghasilan tetapi juga baik bagi lingkungan. Makanan dasar cacing adalah semua jenis limbah nonkimia sehingga keberadaan cacing sangat dibutuhkan bagi keseimbangan alam. Yang mengherankan, meski makanan cacing adalah limbah atau kotoran, tetapi dagingnya justru higienis. Bahkan kotoran cacing sangat bagus dijadikan pupuk organik.

Adam kemudian bertemu Prof. Karsono dari Madiun, seorang peneliti serta anggota Komite Dewan Pupuk Nasional. Dari sang profesor, Adam tahu bahwa jika cacing diolah menjadi bentuk cair atau jus, ia tak hanya bisa digunakan sebagai makanan ikan, tetapi bisa dijadikan berbagai bahan kebutuhan industri mulai industri  farmasi, pupuk tanaman organik sampai bahan alat kecantikan.

“Sejak itu saya mengurangi pasokan cacing untuk budidaya ikan. Dengan sedikit diolah menjadi jus atau difermentasikan dalam waktu tertentu, harga jualnya makin mahal,” kata Adam. Cairan fermentasi cacing dijadikan bahan untuk pupuk tanaman dan perikanan organik.

Yang juga jadi soal adalah masalah pendanaan. Setiap hari Adam harus menyiapkan dana segar untuk membeli cacing dari mitra kerja, berapa pun jumlahnya. “Saya beli cacing dari masyarakat Rp25 ribu per kilogram. Beruntung, saya mendapat bantuan pinjaman modal dari Bank BRI sehingga soal pendanaan tidak ada masalah lagi,” tambah Adam yang dibantu sang istri, Heni, untuk mengelola usahanya

Berorientasi Ekspor

Tahun 2017 ini, Adam meneken kerjasama dengan sebuah perusahaan yang memiliki cabang di belasan negara di Asia. Dalam sebulan, Adam harus memasok sekitar 60 ton jus cacing untuk disebarkan ke berbagai negara mulai Myanmar, Malaysia, India, Nepal, Vietnam, Tiongkok, Bangkok, dan lain-lain. “Untuk sementara permintaannya 60 ton, tapi ke depan saya diminta menyetor lebih banyak lagi,” imbuh Adam.     

Karena permintaan pasar makin hari makin meningkat, Adam pun mengembangkan kemitraan dengan masyarakat di berbagai daerah. Saat ini dia memiliki sekitar 200 mitra aktif yang tersebar di Jawa Timur. Dengan jumlah tersebut, ia mampu meraup omset sekitar Rp300 juta setiap bulan, dengan laba bersih 10 persen atau sekitar Rp30 juta. Adam saat ini juga memiliki 20 karyawan yang membantunya di lokasi pembudidayaan.

Agar suplai ekspor tidak kekurangan, Adam membuka lahan ternak cacing baru seluas 3000 meter. “Sebulan saya menjual rata-rata 15 ton, dari budi daya sendiri 3 ton, selebihnya pasokan dari masyarakat mitra kerja,” katanya.

Untuk mempermudah sistem pembayarannya, Adam memanfaatkan Tabungan BRI Simpedes sehingga para suplier langsung dapat mendapatkan pembayaran dan melakukan transaksi keuangan melalui kantor BRI, ATM maupun AgenBRILink yang menyebar dan dekat dengan lokasi tempat tinggal.

Adam menjelaskan, usaha beternak cacing perlu digalakkan sebagai usaha rumahan. “Selain prosesnya mudah, ramah lingkungan, juga berdampak positif terhadap lingkungan karena makanan utama cacing adalah limbah (sampah) rumah tangga yang dihaluskan,” kata pria yang membuka pintu lebar-lebar untuk memberi pelatihan kepada siapa saja yang berminat. Selain itu, hasilnya juga lumayan dan nyaris tanpa mengeluarkan modal tambahan. Cukup membuat kandang sederhana. Masa panen cacing sebulan sekali.

Toh, lanjut Adam, untuk sukses menjadi pengusaha seperti yang saat ini ia raih bukan tanpa hambatan. Misalnya, meski sudah berjalan baik, namun ia tetap harus memberikan pendampingan kepada mitra kerja agar cacing tetap terjaga kuantitasnya. “Pengetahuan mereka harus selalu di-maintenance. Misalnya ketika setoran cacing menurun, kami akan mencari tahu penyebabnya. Apakah kekurangan pemberian makanan atau lainnya,” ujar Adam.

Tak ketinggalan, Adam berbagi tips menjadi seorang pengusaha sukses. “Tidak boleh berhenti belajar dan bisa bekerja team work. Sepandai-pandainya orang pasti punya keterbatasan. Karena itu kita harus menjalin relasi dengan banyak kalangan,” katanya.

Gandhi Wasono