Nikmat Kopi Gayo Taklukkan Dunia

By Ade Ryani HMK, Jumat, 19 Mei 2017 | 08:00 WIB
Kisah Sukses Rahma: Nikmatnya Kopi Gayo yang Taklukkan Dunia (Ade Ryani HMK)

Awal mula mengembangkan usaha masih di seputaran Kota Takengon. Namun di tahun 2002, Rahmah mencoba menjual hingga ke Kota Medan. Bermodal nekat dan sedikit contoh kopi, ia pun menemui pedagang kopi di Medan.

Kebetulan, salah seorang pengusaha tertarik. Ternyata, harga yang ditawarkan lebih tinggi dibanding harga jual di Takengon.

“Kaget saya, biasanya Rp18 ribu per kilo, di Medan ditawar Rp26 ribu. Setelah sepakat, kami kirim 4 ton biji kopi ke sana. Begitu sampai di Medan pagi, sore harinya saya ditransfer. Melihat jumlahnya, saya ketagihan,” lanjut Rahmah.

Dikejar Pembeli

Melalui Medan, kopi asal Gayo ini kemudian dikirim ke luar negeri. Rahmah penasaran dan mencari informasi tentang seluk-beluk ekspor.

Ternyata, melakukan ekspor bukanlah perkara mudah. Selain harus mengurus beragam perizinan, juga harus pandai berbahasa Inggris.

“Saya hanya lulusan SMA, bagaimana bisa cari pembeli kalau enggak bisa berbahasa Inggris? Akibatnya, surat izin ekspor yang sudah di tangan kadaluwarsa, sementara saya belum bisa menembus pasar ekspor.”

Rahmah kemudian meminta bantuan seorang teman SMA nya yang sudah menikah dan tinggal di Belanda untuk mencarikan pembeli kopi di Belanda. “Dapat satu pembeli. Saya lalu urus lagi perizinan dan sebagainya,” ujar Rahmah.

Untuk lebih memaksimalkan potensi yang ada di daerahnya serta untuk memberdayakan para petani, Rahmah kemudian mendirikan koperasi dengan 850 anggota dari 20 desa.

Koperasi ini dinamakan UD Ketiara, karena saat didirikan bertepatan dengan kelahiran anak ketiganya, Tiara Bambang Ginanti, yang kini telah berusia 18 tahun.

Ada cerita lucu di balik penamaan koperasi Ketiara. “Ketika itu kami berpikir, kalau pakai nama “Tiara” dalam bahasa Gayo berarti “tidak ada”. Jadilah ditambah “Ke” sehingga menjadi Ketiara, yang dalam bahasa Gayo berarti ‘biar ada,’” tambahnya.

Oleh pembeli Belanda, Rahmah diajarkan cara mengemas kopi yang baik. Tahun 2012, Rahmah mulai mengekspor kopi ke Belanda sebanyak 6 ton. “Ternyata kopi saya digemari di sana,” ucap Rahmah yang sudah mengekspor kopi ke Belanda, Amerika, Korea, Jerman, Inggris, Taiwan, Jepang, Arab Saudi, dan Kanada.