Ajak Konsumen Berbagi, Bakso Sumber Selera Gelar Donasi

By Swita Amallia Alessia, Rabu, 7 Juni 2017 | 10:00 WIB
Bakso Sumber Selera mengajak konsumen untuk berbagi. (Swita Amallia Alessia)

Di bulan suci Ramadan 1438 H, PT. Sumber Prima Anugrah Abadi selaku produsen Bakso Sumber Selera berkomitmen untuk turut serta mendukung program perbaikan status gizi buruk anak Indonesia.

Melalui gerakan Berbagi Kelezatan, Bakso Sumber Selera mengajak masyarakat untuk turut berbagi donasi 1000 dari setiap pembelian produk Bakso Sumber Selera isi 25 dan isi 50.

Mumu Alkhodir selaku General Manager Operations PT. Sumber Prima Anugrah Abadi mengaku ingin berkontribusi dan menggagas sebuah gerakan bersama untuk menyelamatkan masa depan bangsa.

“Memang sangat ironi, disatu sisi kita begitu mudah menikmati makanan yang nikmat dan penuh nutrisi, seperti halnya bakso Sumber Selera. Namun nyatanya di tengah-tengah lingkungan kita masih ada sebagian kalangan anak Indonesia yang kondisinya justru sebaliknya. Mereka begitu sulit memenuhi kebutuhan nutrisi gizi yang mereka butuhkan,” ujar Mumu.

Selaku produsen produk makanan yang paham akan kandungan nutrisi, Bakso Sumber Selera siap mendukung program tersebut.

“Apalagi ditengah Bulan Suci Ramadan seperti saat ini. Gerakan donasi  yang kita kelola diharapkan bisa lebih bermanfaat dan penuh berkah,” Mumu menegaskan.

Dana yang terkumpul nantinya akan disalurkan guna memperbaiki status gizi buruk anak Indonesia, khususnya yang berada di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.

Program yang didukung penuh oleh PKPU Human Initative ini bakal berlangsung selama 6 bulan.

Namun untuk mekanisme pengumpulan donasi akan dihimpun dari hasil penjualan produk Bakso Sumber Selera sepanjang Bulan Ramadan 1438 H.

Andjar Radite selaku Direktur Kemitraan PKPU turut menjelaskan bahwa program ini sejalan dan didukung penuh oleh pemerintah.

“Secara teknis kita bekerjasama dengan petugas kesehatan dari pemerintahan daerah setempat. Setiap anak, intervensinya akan berbeda-beda. Semua tergantung kondisi dilapangan. Bisa karena asupan gizi kurang saat ibu hamil dan setelah bayi lahir atau karena kurangnya wawasan warga tentang bagaimana memanfaatkan semua daya dukung lingkungan untuk memenuhi kebutuhan gizi,” ujar Andjar.