Sebagian besar yang mendapat diagnosa menederita gangguan bipolar mengalami penolakan dengan keadaanya atau fase denial. Hal tersebut merupakan fase yang sangat wajar. Sebab, mereka melihat tidak ada yang salah dengan perilaku mereka sehari-hari, kemudian didiagnosa memiliki kondisi gangguan pada kejiwaannya.
Bipolar memang sebuah kondisi gangguan kejiwaan, di mana penderitanya mengalami perubahan perasaan hati atau mood yang sangat drastis. Sebenarnya apa sih pemicu bipolar itu sendiri?
Menurut dr. Lahargo Kembaren, Sp.KJ., merangkum ada 3 faktor pemicu besar penyebab bipolar. Apa saja?
(Baca juga:Kenali Gejala dan Penanganan Bipolar)
1. Biologis Faktor biologis ini sendiri dibagi menjadi dua. Pertama disebabkan oleh faktor genetika, mereka yang memiliki saudara sedarah yang menderita gangguan jiwa memiliki risiko menderita bipolar lebih besar. Bukan berarti pasti, namun mereka sedikit lebih rentan jika mengalami stress.
Kedua, adalah kondisi ibu saat mengandung ternyata berpengaruh kepada pertumbuhan janin. Menurut dr. Lahargo, ibu yang mengalami masalah emosi, syok, dan maslah fisik saat kehamilan ternyata membuat bayi berisiko menderita gangguan kejiwaan nantinya.
2. Psikologi Faktor psikologi ini dibagi kedalam beberapa hal pemicu, misalnya, interaksi sosial dengan orang lain, perkembangan emosi. Interaksi dengan lingkungan ternayata mempengaruhi kondisi psikologis seseorang.
(Baca juga: Sering Moody Alias Emosi Naik Turun? Jangan-jangan Gangguan Bipolar)
Tak hanya sampa di situ saja, intelegensi juga mempengaruhi. Kata dr Lahargo mereka yang memiliki Intelligence Quotient (IQ) rendah berpeluang lebih tinggi menderita bipolar, begitu juga sebaliknya.
3. Sosiokultural Sosiokultural ini lebih mengarah kepada pola asuh orangtua terhadap anak mereka. Orangtua yang cenderung keras dan otoriter kepada anak mereka akan membuka peluang lebih besar terhadap anak mereka menderita gangguan bipolar kedepannya. Sebaliknya pun begitu, orangtua yang sangat memanjakan anak juga memiliki dampak yang sama.