Lantaran Tak Ada Biaya, Bocah di Mojokerto Gunakan Ini untuk Bungkus Perutnya

By Healza Kurnia, Senin, 11 Desember 2017 | 04:57 WIB
Emik Jayanti memangku putra keduanya Febrio Nur Alif yang tertidur pulas di rumahnya, Minggu (10/12) (Healza Kurnia Hendiastutjik)

Baca juga: Tanpa Berolahraga, Berat Badan Kita Bisa Turun dengan 3 Cara Ini, Mudah Loh!

Sejak tak memiliki biaya Emik terpaksa memakai plastik biasa untuk menggantikan kolostomi bag yang harganya cukup mahal.

"Satu kantong kolostomi bag harganya Rp 70 ribu. Memang bisa buat sampai tiga hari satu kali pakai, tapi karena tidak punya uang terpaksa pakai ini. Kalau pakai plastik, sekali kotor bisa langsung ganti. Sehari bisa tujuh kali ganti," jelas Emik.

Belum juga sembuh, Alif yang baru beranjak 2,5 tahun kembali dilanda sakit. Kali ini, dokter menemukan batu cukup besar yang menyumbat saluran air kencing.

Baca juga: Demi Hal Ini, Pria Ini Nekat Pertaruhkan Nyawanya di Tengah Laut

Alif yang belum genap tiga tahun, harus kembali merasakan dinginnya ruang operasi untuk mengangkat batu tersebut.

"Batunya cukup besar se-lingkaran jempol sama jari telunjuk, kata dokter kencing batu. Waktu itu dokternya juga heran, kok bisa batu sebesar itu ada di anak usia dua setengah tahun," cerita perempuan single parent ini.

Kekhawatiran Emik semakin bertambah ketika Alif kecil tak mau disekolahkan karena kerap diejek oleh teman sebayanya. Bau kotoran yang keluar dari usus dan tertampung dalam kantong plastik, kerap kali mengeluarkan aroma tak sedap.

Baca juga: Berhasil Lahirkan Bayi, Padahal Perempuan Ini Tak Punya Rahim

Untuk itu, Emik terpaksa tak menyekolahkan anaknya saat itu. Baru saat Alif menginjak usia sembilan tahun, Emik memberanikan diri untuk memberikan pendidikan pada putra keduanya tersebut.

"Dulu dia minder sekali, banyak temannya yang suka mengejak katanya bau, kamu bau. Baru sekarang dia mau sekolah, tapi ya begitu cuma sekolah biasa nulis dan membaca. Untuk kegiatan lainnya gak bisa, karena capek sedikit pasti langsung drop dan kesakitan," kata Emik sembari berurai air mata.

Kini, perempuan 33 tahun ini hanya bisa pasrah dan menunggu uluran tangan para dermawan. Karena selama ini, pengobatan Alif selalu mengeluarkan uang dari kantong pribadi.

"Punya BPJS tapi mandiri, dan sekarang tidak bisa pakai lagi karena masih nunggak. Saya tidak tahu harus bagaimana lagi," tutupnya.(*)

Rorry Nurwawati/Surya.co.id