Ombilin Meinen, Saksi Kejayaan Tambang Batu Bara di Sawahlunto

By Healza Kurnia, Minggu, 24 Juni 2018 | 14:30 WIB
Monumen lambang kejayaan tambang batu bara Sawahlunto (Erinaldi/NOVA)

NOVA.id - Siapa diantara Sahabat NOVA yang masih ingat dengan nama besar Sawahlunto?

Ya, salah satu kota di Sumatera Barat tersebut pernah dikenal oleh seantero negeri sebagai penghasil batu bara berkualitas.

Eskploitasi tambang di Sawahlunto pertama kali dilakukan tahun 1891, tepatnya di kawasan Sungai Durian, Kecamatan Barangin.

Kini, sisa kejayaan Sawahlunto pun masih kental terasa.

Meski kegiatan tambang batubara di Sawahlunto sudah berakhir, kota ini berbenah mengembangkan pariwasata.

Baca juga: Ternyata Ini Rahasia Perempuan Jepang Langsing dan Awet Muda

Sejumlah lokasi bekas tambang dan bangunan-bangunan bergaya arsitektur Eropa menjadi destinasi wisata baru.

Ombilin Meinen, gedung tambang batu bara yang berdiri kokoh di Lapangan Segitiga, samping Pasar Remaja, Sawahlunto, menjadi kawasan yang selalu ramai dikunjungi warga.

Lapangan Segitiga di depan gedung Ombilin Meinen (Erinaldi/NOVA)

Gedung berlantai empat yang dibangun tahun 1916 ini mencolok dengan warna pink.

Gedung yang saat ini dikuasai PT Bukit Asam ini terlihat megah dan tak sepuh dimakan usia.

Ombilin Meinen bukan satu-satunya penanda kemegahan Sawahlunto sebagai kota tambang.

Di seberang gedung berdiri Museum Tambang, yang mengisahkan sejarah ringkas keberadaan tambang batu bara yang menjadi komoditas utama Sawahlunto di akhir abad ke-19.

Baca juga: Wah, Lucunya Cita-Cita Anak Baim The Dance Company

Kita bisa merasakan Sawahlunto sebagai kota tambang berskala besar saat mengunjungi Museum Goedang Ransoem, beberapa ratus meter dari gedung Ombilin Meinen.

Kita bisa menemukan bekas lubang tambang dalam yang kini dioperasikan sebagai destinasi wisata untuk menguji adrenalin, yaitu Lubang Tambang Mbah Suro.

Patung Mbah Suro, salah satu mandor tambang (Erinaldi/NOVA)

Di sini, kita juga bisa menemukan sejumlah peralatan dapur dalam ukuran raksasaseperti periuk besi berdiameter 1,3 meter dengan tebal 1 inci.

Sejumlah koleksi peralatan dapur seperti kuali, penggorengan, kompresor untuk mengalirkan uap dari steam generator buatan 1894 berukuran raksasa menunjukkan dapur umum ini menjadi pusat konsumsi bagi ribuan orang.

Baca juga: Minim Film Anak-Anak, Mira Lesmana Produksi Film Kulari ke Pantai

Gudang ini terletak di kawasan Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Lembah Segar, sekitar 15 menit berjalan kaki dari Pasar Remaja.

Bangunan yang berdiri di lahan seluas dua hektar ini terlihat masih terawat baik.

Bangunan peninggalan era kolonial Belanda ini pun juga masih menyimpan sejumlah koleksi lainnya yang bisa dieksplor secara luas oleh wisatawan yang datang ke Sawahlunto.(*)

(Erinaldi)