NOVA.id - Palu masih berduka.
Usai gempa dahsyat berkekuatan 7,7 skala Richter disusul gelombang tsunami yang tingginya mencapai 3 meter, ribuan orang jadi korban.
Mereka yang selamat pun, banyak juga yang tak punya tempat tinggal.
Seperti yang dialami Musrifatun (50), warga Kampung Nelayan, Kecamatan Mantikulore, Palu.
Baca Juga : Seorang Jurnalis Perempuan Diperkosa dan Dibunuh Usai Melaporkan Kasus Korupsi
Rumah beserta isinya, yang berlokasi tak jauh dari pantai kini lenyap tak berbekas.
Meski kehilangan harta benda, Musrifatun tak lantas lunglai dan memohon belas kasihan banyak orang hingga berlarut-larut.
Sebaliknya, berbekal modal seadanya dari hasil sumbangan teman, dia kembali berjualan pisang goreng dan putu di pinggir jalan.
Kepada NOVA yang menemuinya di tempat penampungan sementara di Jl. Sisingamangaraja, Palu, pada Jumat (12/10), Musrifatun menceritakan kegigihan dan keikhlasannya menghadapi cobaan.
Baca Juga : Selingkuh Saat Masih Berstatus Suami Nafa Urbach, Zack Lee: Itu Masa Paling Berat dalam Hidup Aku
“Bukannya enggak bersedih, tapi aku harus ikhlas menerima cobaan. Harus segera bangkit dan tak terjebak dengan kesedihan. Ibarat sekolah, musibah ini bagiku sebagai ujian,” kata Musrifatun dengan suara mantap.
Peristiwa gempa Palu-Donggala yang terjadi Jumat sore (28/9), memang begitu memilukan.
Musrifatun ingat, sore menjelang Magrib dia sedang istirahat di dalam rumahnya.
Tiba-tiba tanah di rumahnya bergetar keras, disusul suara gemeretak dari bangunan dan seng atap rumah.
Baca Juga : Berkaca dari Titi Qadarsih, Kebiasaan Makan Sepele Ini Picu Kanker Usus!
Tak lama, gemuruh ombak laut terdengar dari depan rumahnya, yang berjarak hanya 30 meter dari bibir pantai dan hanya dibatasi jalan raya.
Memang dari kejauhan, tampak ombak bergulung-gulung tak seperti biasanya.
Sebagian besar anak dan menantunya berteriak mengingatkan bahwa ada air besar yang segera datang.
Bukannya takut atau bergegas lari meninggalkan tempat, Musrifatun tetap bersikap tenang.
Baca Juga : Bertemu di Bandara, Rossa Bersandar Mesra di Bahu Ivan Gunawan
“Enggak apa-apa, Nak. Coba kalian saja yang lari menyelamatkan diri, kalau Mama tidak apa-apa,” ungkap dia.
Melihat ibunya tenang, anak-anaknya tidak jadi panik.
Namun mereka berlari ke jalan sebelah rumah dan menjauh.
Kecuali Riyanto, anak ketiganya itu tetap menemani Musrifatun di depan rumah.
Baca Juga : Sederhana dan Cantik, Begini Tampilan Kahiyang Ayu Hadiri JFW 2019!
Ternyata ombak tersebut memang sangat besar dan tak pernah terjadi sebelumnya.
Musrifatun melihat air datang bergulung-gulung dengan tinggi sekitar dua meter, menghantam tembok bibir pantai yang biasa dijadikan orang duduk-duduk menikmati senja.
Terus menerabas ke jalan raya, menghantam dan menghanyutkan mobil yang tengah melintas di depan rumahnya.
Melihat itu, Musrifatun sebenarnya akan beringsut meninggalkan tempatnya, tetapi tiba-tiba air sudah menenggelamkan tubuh dan rumahnya.
Baca Juga : Main dengan Bunga Zainal, Dimas Anggara Mengaku Menderita, Kenapa ya?
Hanya hitungan sekian detik, ombak dahsyat itu menyeret tubuhnya ke tengah laut.
Sementara anaknya yang sempat memegangi tubuh Musrifatun, terlihat aman karena tersangkut atap rumah kos-kosan yang ada di sebelah rumah mereka.
Kejadian berikutnya merupakan babak mengerikan bagi Musrifatun.
Begitu air menenggelamkan tubuh dan menyeretnya ke laut, dia berusaha ikuti dengan tenang.
Baca Juga : Seminggu Tak Makan Gula Buah dan Tepung, Perempuan Ini Alami Hal Menakjubkan Pada Tubuhnya!
Bahkan ketika terseret di dalam air, dia justru membuka mata dan tak mau memejam.
“Karena kalau aku terpejam, maka tidak tahu apa yang ada di depanku. Ketika di dalam air, begitu (tubuh) mau menghantam sesuatu, maka kedua lengan aku lingkarkan ke atas untuk melindungi wajah dan kepala. Makanya ini luka semua,” cerita Musrifatun dengan lancar.
Musrifatun masih ingat betul air itu tak hanya membawanya ke tengah laut, tetapi juga menariknya ke dasar, kemudian mengangkatnya lagi ke permukaan.
Yang lebih menguatkan hatinya, di saat tubuhnya digulung ombak sampai ke dasar laut, dia mendengar suara mendiang suaminya yang meninggal tiga tahun lalu karena sakit.
Baca Juga : Mukjizat Tuhan! Dikira Meninggal Saat Tsunami Palu, Bayi 2 Bulan Ditemukan di Atas Pohon
“Anak-anakmu suruh menyelamatkan diri, kalau kamu enggak apa-apa. Tenang saja,” kata Musrifatun menirukan suara yang dia dengar.
Dan memang Tuhan Maha Besar, setelah beberapa kali diombang-ambing gelombang kemudian dihempaskan ke daratan, akhirnya Musrifatun selamat.
“Aku tidak takut. Aku hanya minta kepada Allah, kalau memang sudah waktunya meninggal, aku mohon agar disegerakan supaya tidak kesakitan,” tukasnya.
Baca Juga : Seminggu Tak Makan Gula Buah dan Tepung, Perempuan Ini Alami Hal Menakjubkan Pada Tubuhnya!
Lalu, seperti apa harapan dan keinginannya usai gempa dan tsunami menerjang kota Donggala dan Palu ini?
Simak cerita selengkapnya hanya di Tabloid NOVA edisi terbaru 1600 yang terbit mulai hari Senin (22/10).(*)
(Gandhi Wasono M.)