"Sarapan itu harus terbiasa. Maintenance-nya harus bagus. Kalau bagus, efek cognitive function-nya bagus. Sarapan kuncinya kontinuisitas.
Cognitive, emotion, dan behavior itu berpengaruh dari sarapan," tambah dr. Taufiq.
Lalu, bagaimana jika kita telah terlanjur berada di kebiasaan yang kurang baik, yakni senang mengabaikan sarapan?
Baca Juga : Bukan Tradisi Kerajaan, Meghan Markle Kembali Lakukan Baby Shower di Inggris
dr. Taufiq menjelaskan bahwa semua orang bisa mengubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan yang lebih baik.
Dijelaskan oleh dr. Taufiq, butuh waktu minimal 22 hari untuk membangun hal baru.
"Kalau mau ubah kebiasaan yang baru itu minimal 22 hari biar jadi suatu habit. Begitu diulang-ulang, otak akan menerima kebiasaan tersebut, lalu terbangun.
Baca Juga : Barangnya Dibilang KW, Barbie Kumalasari: Orang Kaya Mana Mau Pamer!
Kecuali untuk kefasihan bahasa dan matematika, misalnya. Itu membutuhkan waktu lebih lama karena harus latihan. Pokoknya, minimal 22 hari," ujar dr. Taufik.
Pun dengan kandungan nutrisi yang seharusnya ada di dalam sarapan.
Dijelaskan oleh dr. I Gusti Lanang, dalam satu piring sarapan setidaknya harus ada 7 nutrisi, yakni karbohidrat, protein nabati, protein hewani, serat pangan, lemak, vitamin, dan mineral.
Baca Juga : Usia Hampir Setengah Abad, Thomas Djorghi Pilih Adopsi Anak Daripada Menikah, Kenapa?
Jika tidak dapat dipenuhi, minimal ada 4 nutrisi dalam piring agar anak tak kurang gizi.(*)
KOMENTAR