Kata Hannah, “Kalau mereka enggak mau inklusif, ya kita buat ekslusif saja.”
“Akhirnya, setiap Jumat bola hanya untuk perempuan. Setidaknya satu dari lima hari sekolah, hanya kita perempuan yang bisa main,” ujar Hannah.
Ternyata keberanian Hannah dan empatinya terus meningkat, seiring bertambahnya usia dan kemampuan bela diri.
Baca Juga: Jadi Ketua DPR Perempuan Pertama, Puan Maharani: Puan Tidak Sehebat Mama Atau Papa
Jika dulu langsung melawan, kini Hannah berjuang lebih luas lagi dengan platform dan posisinya sebagai figur publik.
Katanya, “Hanya itu kekuatan saya untuk mengedukasi masyarakat, menyebarluaskan informasi dan sharing tentang isu perempuan.”
Tak heran kalau Hannah tahun ini sampai bela-belain datang dari lokasi syuting untuk Womens March beberapa bulan lalu.
Baca Juga: Jalani Rehabilitasi Bersama dengan Suami, Nunung Sempat Ingin Memberontak Karena Hal Ini
Penulis | : | Aghnia Hilya Nizarisda |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR