NOVA.id - Menjamurnya media sosial membuat setiap orang bebas berekspresi di dunia maya.
Untuk itu, hampir semua orang memiliki setidaknya satu akun untuk satu media sosial, baik Facebook, Twitter, Snapchat, Youtube, Instagram, dan lain-lain.
Tapi ada juga yang punya lebih satu akun untuk satu media sosial.
Nah, akun keduanya ini, seringnya palsu, alias mencantumkan data-data diri yang tidak benar.
Tujuannya, mulai dari sekadar iseng untuk bisa bebas berekspresi di luar citra diri, ada juga yang memang ingin mengusik hidup orang lain, atau bahkan ada yang berniat menipu.
Kenapa?
Baca Juga: Pakar Ungkap Punya Akun Palsu Boleh Saja, Asal Tidak Merugikan Orang
Pasalnya, kegiatan seperti stalking, hate comment, cat calling, catfishing, penyebaran hoaks, hingga penipuan bisa dilakukan dengan akun palsu dengan jaminan data diri tidak mudah dan tidak langsung diketahui.
Misalnya, kasus catfishing, yaitu penipuan identitas diri oleh gebetan yang sebelumnya tak pernah dikenal apalagi bertemu, yang dialami oleh Youtuber Indonesia, Bayu Skak.
Bermula dari perkenalannya dengan perempuan yang mengaku bernama Dara Fleisher Cohen melalui direct message Instagram.
Baca Juga: Jangan Ragu ke Psikolog, Kesehatan Mentalmu Juga Perlu Dirawat
Hubungan pun berlanjut dan semakin dekat meski hanya dengan telepon dan pesan singkat saja.
Hal aneh mulai dirasakan Bayu saat Dara enggan diajak bertemu.
Penasaran, Bayu pun mencari tahu lebih dalam tentang sosok Dara sampai terkuaklah semuanya.
Baca Juga: Smartphone hingga Makanan yang Dikonsumsi Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental Kita lo!
Ditemukan fakta bahwa nama, alamat, dan juga foto yang digunakan Dara adalah palsu dan tidak pernah ada.
Anehnya penipuan ini terkesan rapi sebab semua akun media sosialnya tampak aktif sejak lama dan fotonya juga lengkap.
Bahkan akun Instagram-nya memiliki banyak pengikut.
Baca Juga: Instagram akan Hapus Fitur Like, Dampaknya pada Kesehatan Mental?
Untunglah, belum ada kerugian secara materi yang dialami Bayu.
Ada juga aktor Korea Selatan, Yoo Yeon Seok yang dirugikan karena banyaknya akun palsu yang mengenakan namanya untuk melancarkan penipuan.
Hingga yang terbaru kasus hate comment dari netizen dengan akun anonim atau akun palsu yang diduga menjadi salah satu penyebab artis Korea Selatan, Sulli, depresi dan meninggal dunia.
Lalu, apakah memiliki akun palsu adalah kejatahan?
Well, jika sudah begini kasusnya maka secara sadar atau tidak, ada dua pelanggaran yang telah dilakukan oleh para pemilik akun palsu tadi.
Pertama, pelanggaran secara etika dan pelanggaran secara hukum.
Pasalnya, tindakan-tindakan tadi termasuk ke dalam bentuk cyber bullying yang merupakan sebuah tindak kekerasan dalam ranah internet.
Baca Juga: Berkali-kali Coba Bunuh Diri, Ariel Tatum Ungkap Gejala Awal Alami Gangguan Mental
“Segala hal yang termasuk dalam melakukan kekerasan, maka dapat dibilang melanggar etika. Dan akan termasuk melanggar hukum apabila perilaku kekerasannya tersebut merugikan orang lain dan tertulis dalam undang-undang,” ujar Tara De Thouars, psikolog klinis dan dewasa.
Selain itu, menurut Tara, tindakan ini jelas melanggar etika.
Karena dengan membuat dan memiliki akun palsu berarti seseorang sudah berniat dan bertujuan untuk mengganggu dan menyakiti hidup orang lain.
Semua?
Baca Juga: Ikuti 5 Tips Jitu Ini agar Tetap Positif dan Jauh dari Gangguan Mental
Yap, hal ini berlaku pada semua bentuk tindakan seperti stalking, hate comment, cat calling, catfishing, penyebaran hoaks, hingga penipuan.
Namun, untuk kategori hukum rasanya belum semua ada aturannya.
Paling tidak, sejauh ini kasus hate comment, hoaks, dan penipuanlah yang sudah bisa masuk dan ditangani secara hukum.
Lantas, hanya pelanggaran atau suatu bentuk kejahatan?
Baca Juga: Media Sosial Jadi Biang Pemicu Stres? Penelitian Justru Ungkap Ini Juga!
Pada dasarnya, menurut Tara kasus pelanggaran etika dan hukum lewat akun palsu ini bisa menjadi sebuah tindak kejahatan bilamana tindakan yang dilakukan dengan akun palsu tadi berdampak negatif
seperti menyakiti, membuat menjadi merasa buruk, mengganggu fungsi dan kegiatan sehari-hari orang lain.
Sehingga berdampak pada meruginya orang tersebut baik secara psikologis maupun materi.
“Sebenarnya orang yang menggunakan akun palsu adalah sosok yang pengecut. Ia memiliki agresivitas, kemarahan atau kebencian, tetapi terlalu pengecut untuk bertanggung jawab atas perbuatannya. Ia takut menerima konsekuensi buruk, namun tidak dapat menahan dirinya untuk mengendalikan perilaku negatifnya pada orang lain,” ungkap Tara.
Baca Juga: Buntut Kasus Sulli, TOP BIGBANG Suarakan Bahayanya Komentar Jahat di Instagram Pribadinya
Menurut Tara, melakukan pelanggaran tersebut sebenarnya bagian dari melepaskan emosi negatif.
Maka tak jarang setelah melakukannya timbul perasaan lega, puas, fulfilled, dan lain sebagainya.
Ibarat kata kalau sedang marah lalu kita lampiaskan pada orang, kan ada semacam perasaan puas.
Baca Juga: Akhiri Hidup di Usia Muda, Ini Hasil Otopsi Sulli Eks f(X) yang Diungkap Kepolisian
Misalnya saja, nih, mungkin ada kepuasan yang sama ketika Anda berhasil stalking pacar barunya sang mantan, nyinyir lewat kolom komentar, atau bahkan berhasil menipu orang lewat akun palsu yang Anda miliki.
Jika begini kondisinya dan berangsur terus-menerus tentu menjadi bahaya besar, khususnya bagi kesehatan mental kita sebagai seorang manusia.
“Sebenarnya pembuat akun palsu dan melakukan cyber bullying sudah bisa menjadi pertkita bahwa seseorang punya masalah psikologis.
Karena pelaku biasanya punya dorongan agresivitas yang tinggi, punya self esteem yang buruk sehingga butuh menjatuhkan orang lain untuk menaikkan dirinya, minim empati, dan adanya ketidakjujuran yang tinggi. Ya, bisa berbuat tapi tidak bertanggung jawab,” jelas Tara.
Baca Juga: Sebelum Melakukan Percobaan Bunuh Diri Goo Hara Sempat Curhat Dapat Komentar Jahat
Jika disepelekan, bisa jadi kita enggak akan pernah bahagia selama menjalani hidup.
Karena survive hidup hanya berdasarkan tindakan menjatuhkan orang lain.
Ataupun, menjadi pembohong dari diri sendiri karena sikap pengecut tadi.
Baca Juga: Peringatan Untuk Orang Tua! Seorang Anak Bunuh Diri Setelah Mendapat Bullying Melalui Media Sosial
Lagipula, hidup dengan keterpalsuan dan kebohongan tidak akan memberikan ketenangan, bukan?
Selain itu, dari sisi korban, tindakan akun palsu pun sama.
Dari sisi psikologis, hal ini dapat memengaruhi harga diri dan keselamatan dari korban.
Parahnya, jika tindakan yang didapat berlebihan bisa saja mengarahkan korban pada gangguan kecemasan dan depresi.
Ya, seperti yang dialami Sulli tadi.
Tak mau, kan, kita disalahkan untuk kondisi buruk yang dialami orang lain?
Jadi, masih mau aktif di akun palsu?(*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR