Sebagai contoh, seseorang mungkin malu keluar dari elemen mereka saat mengenakan jam tangan mewah atau perhiasan mencolok.
Para peneliti menyebut fenomena yang tidak nyaman ini sebagai "sindrom menipu dari konsumsi barang mewah."
"Biaya psikologis kemewahan menghilangkan kebahagiaan dan kenikmatan yang didapat seseorang dari pembelian," tulis studi tersebut.
"Pada akhirnya, kemewahan bisa berakhir secara tidak sengaja menjadi bumerang bagi konsumen dan merusak kepercayaan serta kekuatan mereka, bertentangan dengan apa yang mereka harapkan," tutur Ordabayeva.
Peneliti menemukan, perasaan ini lazim di antara seluruh jenis konsumen, dari yang dianggap sebagai target pasar kelas atas hingga konsumen kelas menengah.
Pada studi ini, peneliti meninjau sembilan studi lain terkait belanja barang mewah, kemudian menyurvei orang-orang di lokasi di mana konsumen kelas atas sering datang.
Baca Juga: Biar Kantong Enggak Jebol, Ini Trik Belanja Bulanan di Supermarket agar Tak Kebablasan
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Alsabrina |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR