NOVA.ID - Sebuah studi dalam Journal of Personality and Social Pscychology menemukan bahwa rentan kesepian dalam usia paruh baya dan lansia bergantung kepada gender orang tersebut.
Jurnal tersebut menyebut bahwa kesepian merupakan suatu respons terhadap ketidaksesuaian antara kuantitas dan kualitas kehidupan sosial dengan hubungan sosial yang nyata.
Dilansir dari Psychology Today, studi dilakukan dengan melakukan menyebar kuisioner kepada lebih dari 5.000 orang di Norwegia.
Baca Juga: Kesepian Setelah Suaminya Meninggal, Perempuan 95 Tahun Ini Akhirnya Hidup dengan Mahasiswa 27 Tahun
Kuisioner tersebut berisikan rentetan pernyataan yang dilakukan dalam dua periode, tahun 2002 dan 2007.
Dalam kuisioner tersebut, responden diminta untuk memilih setuju atau tidak setuju sesuai dengan keadaan mereka.
Latar belakang responden juga menjadi salah satu faktor yang diteliti dalam studi ini.
Baca Juga: Mengenal Konsep Smart & Modern Living yang Cocok untuk Para Milenial
Hasil yang ditemukan adalah bahwa peningkatan perasaan kesepian pada perempuan terjadi pada umur 40 hingga 80 tahun.
Sedangkan pada pria, perasaan kesepian mengikuti bentuk huruf U dengan level kesepian tertinggi terjadi pada usia 40 dan 80 tahun dan lainnya lebih rendah.
Alhasil, jurnal ini menyimpulkan bahwa laki-laki lebih rentan untuk mengalami perasaan kesepian dalam usia paruh baya dan perempuan cenderung merasa kesepian pada usia yang lebih tua.
Para peneliti menuliskan beberapa pernyataan yang sekiranya berhubungan erat dengan perasaan kesepian.
Beberapa di antaranya adalah:
"Saya rindu punya teman dekat."
"Saya merasa lingkaran pertemanan dan kenalan saya terlalu sempit."
"Tidak terlalu banyak orang yang bisa saya percaya."
Data-data ini dikumpulkan oleh Norwegian Life Course, Aging, and Generation Study.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Minggu 9 Februari 2020: Taurus Hari yang Tepat untuk Ungkapkan Cinta
Data ini kemudian yang diteliti oleh para peneliti.
Ditemukan bahwa diparitas trajektori antara perempuan dan laki-laki terlalu besar untuk diabaikan.(*)
Source | : | psychology today |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR