Keputusan membuka kembali sekolah, disebut Nadiem juga akan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Kapasitas maksimal satu kelas hanya 50 persen dari total kapasitas. Sistem shift juga tetap dilakukan ketika belajar mengajar.
Begitu juga dengan protokol 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan) akan terus dilakukan. Kegitatan lain seperti jajan di kantin, olahraga, serta ekstrakulikuler juga tak akan diberlakukan.
“Sekolah harus melakukan dua shift minimal, agar bisa mematuhi aturan itu. Masker wajib dikenakan, tidak ada aktivitas selain sekolah. Tidak ada aktivitas yang diluar lagi, siswa masuk kelas dan setelahnya langsung pulang," kata Nadiem.
Ia mengakui, jalan untuk membuka kembali pembelajaran tatap muka masih membutuhkan banyak waktu. Mengingat banyaknya daftar periksa yang harus disediakan oleh pemerintah dan pihak sekolah.
Salah satunya ketersediaan sanitasi dan toilet yang layak, saran cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, serta memiliki alat pengukur suhu badan atau thermogun.
Sebelumnya, memang sudah ada beberapa daerah yang kembali memberlakukan pembelajaran tatap muka. Daerah tersebut merupakan zona hijau dan kuning, dengan presentase sebesar 75 persen dan 20-25 persen. Itupun tetap melalui protokol kesehatan yang ketat.
"Jadi daftar periksa itu sangat komprehensif. Dan Pemda akan menggunakan diskresinya, karena Pemda tahu mana daerah yang sebenarnya rawan dan mana yang lebih aman. Dan ketika ada yang terkena COVID-19, maka harus langsung ditutup sekolahnya," tegas Nadiem.
Ketika anak-anak sudah mulai bersekolah kembali, orangtua pun diminta mengajari anak agar #IngatPesanIbu untuk melakukan protokol menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M).
Penulis | : | Content Marketing |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR