NOVA.id - Hasrat hubungan intim menurun tentu bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Misalnya, pada suami jika hasrat hubungan intim menurun, bisa jadi berasal dari masalah ejakulasi dan stres.
Sementara pada istri jika hasrat hubungan intim menurun, bisa jadi karena berbagai masalah seperti vaginismus, kelainan fungsi hormon, stres, dan hypoactive sexual desire disorder (HSDD) dapat menjadi penurun libido.
Jika bicara mengenai HSDD, apakah Sahabat NOVA sudah mengetahui hal tersebut? lalu siapa saja yang bisa mengalaminya?
Menurut dr. Putri Deva Karimah, Sp.OG yang merupakan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi RS Pondok Indah, semua orang dapat mengalami penurunan hasrat untuk berhubungan intim sesekali.
Namun, hal ini menjadi tidak wajar apabila mengalami kehilangan ketertarikan berhubungan intim dengan pasangan dalam waktu yang lama.
Bisa jadi, Sahabat NOVA mengalami hypoactive sexual desire disorder (HSDD).
HSDD adalah kondisi di mana berkurang hingga hilangnya hasrat dan fantasi seseorang untuk berhubungan intim/seksual. Kondisi ini dapat disebabkan oleh masalah psikis dan non-psikis, atau adanya gangguan medis seperti permasalahan hormon, dan kelainan fungsi organ.
Baca Juga: 5 Ucapan yang Disukai Lelaki Saat Berhubungan Intim, Coba Nanti Malam!
Umumnya, kondisi ini lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan lelaki, yakni 8,9 persen pada perempuan usia 18-44 tahun dan 12,3 persen pada perempuan usia 45-64 tahun (Parish.J.Sharon et al, 2016).
Beberapa penelitian lainnya menyebutkan bahwa 1 dari 10 perempuan mengalami HSDD, dan sebanyak 32 persen perempuan dan 15 persen lelaki berkemungkinan mengalami kehilangan hasrat yang dapat berlangsung hingga beberapa bulan.
Salah satu yang menyebabkan perempuan lebih sering mengalami HSDD adalah adanya faktor perubahan hormon ketika menjelang dan memasuki usia menopause.
Kondisi HSDD dapat menjadi masalah besar dan penting untuk diperhatikan apabila sudah mengganggu kualitas hidup dan terdapat kondisi medis yang mendasarinya. Kondisi ini tidak jarang memengaruhi mental penderitanya, seperti stres, atau rusaknya hubungan dengan pasangan.
Umumnya, perempuan dengan HSDD tidak memiliki keinginan untuk memikirkan segala hal mengenai seks hingga berhubungan intim, atau ketika berhubungan intim tidak didapatkan rasa nyaman atau kenikmatan. Hal ini akan berpengaruh pada proses siklus respons seksual sang perempuan.
Baca Juga: Sedang Lakukan Road Trip dengan Pasangan? Ini 5 Tips Berhubungan Intim Aman di Jalan
Berikut tahapan siklus respons seksual manusia:
- Desire: keinginan, dorongan, dan motivasi untuk berhubungan. Dorongan ini biasanya timbul dengan adanya kerja dari otak (psikoneuroendokrin)
- Arousal: gairah saat berhubungan. Pada fase ini tahap lubrikasi pada vagina, kerja jantung, dan pernapasan semakin cepat
- Orgasme: hubungan intim/seksual yang sehat akan melewati fase ini hingga mencapai puncak kepuasan. Pernapasan dan kerja jantung semakin meningkat, tekanan darah meningkat, terjadinya kontraksi otot yang menghasilkan ejakulasi pada pria, dan kontraksi rahim serra vagina pada wanita
- Resolution: Fase ini terjadi setelah tercapainya orgasme, tubuh akan menjadi rileks dan nyaman, pernapasan dan kerja jantung kembali normal. Namun, apabila tidak terjadi orgasme, justru ketidaknyamanan yang akan dirasakan.
Apabila dari salah satu fase/siklus ini tidak dilalui, tentu saja rasa nyaman, kenikmatan, hingga orgasme tidak dapat dicapai. Alih-alih malah rasa nyeri dan terganggu yang dirasakan. Contohnya, wanita dengan gangguan pada arousal akan membuat daerah Miss V menjadi kering karena kurangnya produksi lubrikan/pelumas untuk membasahi daerah Miss V. (*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Widyastuti |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR