Tapi tiba-tiba ayah memukul meja belajar dan mulai berteriak. Saya menangis tanpa suara.
Setelah beberapa saat berteriak, ayah minta maaf.
Tapi saya merasa permintaan maaf itu tidak tulus, karena yang saya tahu, ayah punya ego yang tinggi jadi beliau jarang sekali minta maaf sama orang rumah.
Kalaupun minta maaf, ayah biasanya akan membuat lawannya merasa bersalah.
Saya pun diam saja tidak menjawab apa-apa. Ayah mengira saya tidak mau memaafkan beliau.
Sejak saat itu ayah seperti sengaja membuat saya merasa bersalah.
Seperti kalau ada kucing liar yang masuk ke dapur, ayah marah-marah di depan kamar saya, padahal jarak dapur dan kamar saya lumayan jauh.
Apa ayah benci sama saya ya, Bu? Apa karena saya jarang menuruti keinginan beliau seperti kakak?
Saya capek, Bu merasa bersalah terus. Apa salah saya sampai ayah bersikap seperti itu? Terima kasih bila ibu berkenan merespons saya.
Nida – di X
Bagaimana jawaban Bu Rieny?
Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Suami Cacat, kok, Istri Malah Keluyuran
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Made Mardiani Kardha |
Editor | : | Made Mardiani Kardha |
KOMENTAR