Patut diketahui bersama, penderita obesitas dengan fatty liver, biasanya berisiko terkena GERD, serangan jantung koroner, stroke, diabetes melitus tipe 2 (kencing manis), serta darah tinggi (hipertensi). Selain itu, penderita obesitas juga memiliki risiko mengalami penyumbatan pernapasan ketika sedang tidur.
Belum lagi, ancaman lainnya bagi penderita obesitas pria yaitu risiko terkena penyakit kanker prostat, sementara penderita obesitas wanita berisiko terkena kanker payudara dan kanker leher rahim,” tutur dr. Rinaldi yang ditemui saat wawancara.
Bagaimana Proses Endoskopi Bariatrik?
Endoskopi Bariatrik adalah tindakan non bedah, dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang disebut endoskop, yaitu alat berbentuk selang yang dilengkapi dengan senter dan kamera di bagian ujungnya.
Endoskopi bariatrik menggunakan kamera yang dimasukkan melalui mulut hingga ke organ lambung untuk menangkap gambar di dalam tubuh.
Tangkapan gambar tersebut akan ditampilkan pada layar monitor sehingga dokter dapat mengamati organ dalam atau jaringan secara detail.
Setelah dipastikan kondisi lambung sehat, maka dokter dapat meneruskan proses endoskopi bariatrik, yakni penciutan lambung dengan cara endoskopi di mana tidak menyisakan luka sayatan karena tindakan dilakukan melalui mulut (seperti pemeriksaan endoskopi).
Dalam endoskopi bariatrik, dikenal dua metode yaitu Endoscopic Sleeve Gastroplasty (ESG), sebuah prosedur yang merupakan endoskopi minimal invasif dengan tujuan mengecilkan ukuran lambung sehingga volumenya pun dapat berkurang.
Metode lainnya adalah Intragastric Balloon, sebuah prosedur endoskopi bariatrik yang dilakukan dengan cara menempatkan balon yang akan diisi dengan cairan saline di dalam organ lambung.
Balon ini bertujuan untuk mengisi rongga lambung sehingga volume rongga kosong pada lambung akan berkurang.
Baca Juga: Berkaca dari Kasus Bayi Obesitas di Bekasi, Ini 5 Bahaya Kesehatan yang Bisa Mengancam
Keberadaan balon pada lambung dapat membuat pasien tidak dapat mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak dan merasa cepat kenyang setelah makan.
Setelah tindakan, penderita obesitas dapat menyesuaikan dan mengatur kembali pola makan serta efisiensi kapasitas lambung dengan lebih baik dan seimbang, sehingga terjadi penurunan berat badan yang signifikan, dan akhirnya menghindari risiko mengalami penyakit-penyakit tersebut di atas.
Untuk ke depannya, dr. Rinaldi akan terus berfokus dalam inovasi dan pengembangan prosedur yang dapat meminimalkan tata laksana dan risikonya.
Hal ini tak lain agar pasien dapat merasa lebih nyaman dan aman saat menjalani proses tindakan dan penyembuhan. (*)
Penulis | : | Widyastuti |
Editor | : | Widyastuti |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR