NOVA.id - Selain melaksanakan perintah agama, ibadah puasa Ramadan juga kerap dimanfaatkan sebagian orang untuk menurunkan berat badan.
Waktu makan yang lebih sedikit dibandingkan dengan hari biasa dianggap bisa mengurangi jumlah asupan kalori.
Namun faktanya, justru banyak orang yang bertambah berat badan selama manjalani puasa.
Hal itu dikarenakan kita menerapkan pola makan yang berlebihan selama berpuasa.
Dijelaskan oleh dr. Juwalita Surapsari Sp.G.K, M.Gizi, pola makan yang baik untuk berpuasa sambil menurunkan berat badan diawali dari saat sahur.
"Ketika memulai puasa, kita harus yakin bahwa 'bahan bakar' sudah cukup supaya perfomance kerja tidak menurun karena sedang berpuasa," kata Juwalita saat menjadi narasumber dalam acara Sehat Yuk Live bersama Kompas.com (31/03).
Untuk pilihan makanannya, ia merekomendasikan karbohidrat kompleks seperti nasi merah atau oat yang tidak hanya membuat perut kenyang lebih lama, tetapi juga tinggi serat.
"Jangan lupa tambahkan protein nabati dan hewani, serta buah-buahan sebagai sumber vitamin," pesan Juwalita.
Agar perut tidak gampang "keroncongan" di siang hari, dr.Juwalita mengatakan bahwa waktu sahur yang optimal adalah mendekati imsak.
Baca Juga: Masih Bisa Diet di Usia 40 Tahun? Ini 5 Tips Turunkan Berat Badan Alami
"Berarti kalau mau sahur, sebaiknya mepet aja, mepet ke waktu selesai sahur. Jadi sekitar waktu imsak lah, supaya tubuh kita tidak berada di kondisi yang puasa berkepanjangan," ujarnya.
Setelah sahur dan melaksanakan shalat, menurut dia, tidak ada salahnya jika kita melanjutkan tidur untuk mengganti waktu tidur yang kurang karena harus bangun dini hari.
Tidur cukup juga penting bagi program penurunan berat badan.
Menurutnya anggapan bahwa tidur setelah sahur tidak membuat badan gemuk, adalah hal yang keliru.
Dengan catatan, jenis makanan yang dikonsumsi saat sahur tidak mengandung banyak lemak.
"Kalau setelah sahur mau tidur lagi berarti jenis makanan yang dikonsumsi harus diperhatikan.
"Jangan yang terlalu banyak lemak, karena lemak itu kan sifatnya akan lebih sulit untuk keluar dari lambung, pencernaannya lebih lama," ujarnya.
(*)
Penulis | : | Nadia Fairuz Ikbar |
Editor | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
KOMENTAR