Mas Aidil yang baik,
Bisakah Mas Aidil membuat contoh catatan pemasukan dan pengeluaran (neraca), termasuk untuk stok barang bagi usaha kecil seperti pemilik warung kelontong atau warung nasi. Jawabannya sangat saya tunggu. Terima kasih.
Yanti - Jakarta
Ibu Yanti yang baik juga,
Pertanyaannya amat simpel dan sedikit, tapi mengena. Agak sulit dijabarkannya dalam satu tulisan, karena biasanya ini materi training saya. Tapi, akan saya coba jelaskan secara sederhana.
Banyak hal yang dilupakan pemilik usaha kecil, yaitu membuat catatan pembukuan. Meski bisa dilakukan secara sederhana, tapi pencatatan ini jadi penting artinya, apalagi bila Ibu punya usaha kelontong.
Dengan keuntungan tak terlalu besar (biasanya toko kelontong bermain di volume penjualan), sedikit saja salah dalam pembukuan, bisa menyebabkan kerugian. Ini saya sebut dengan "bocor halus".
Pencatatan, dalam ilmu akuntansi disebut posting amat penting dilakukan terutama pada usaha yang masih baru. Pencatatan ini terdiri dari beberapa macam. Ada yang disebut jurnal atau lajur (bahasa Inggrisnya ledger).
Jurnal inilah yang membentuk "neraca" yang bisa dicek sewaktu-waktu. Lalu perhitungan pemasukan dan pengeluaran bulanan yang disebut income statement bisa memperhitungkan keuntungan atau kerugian usaha.
Dalam pencatatan penerimaan dan pengeluaran ada satu pos yang paling penting dijaga, yaitu inventaris. Nah, mari kita bahas apa yang harus dipersiapkan dalam menjalankan usaha Ibu.
Pos penting yang paling sering dilupakan pemilik bisnis kecil adalah "menggaji" diri sendiri. Banyak yang berpikir, perusahaan belum berjalan atau memberi hasil, apakah sudah benar bila langsung menikmati hasil di depan.
Padahal, untuk memulai usaha Anda sudah memakai uang usaha, bahkan tabungan. Anda pun sudah meluangkan waktu untuk mengurus usaha baru. Hal inilah yang harus dikompensasikan ke dalam bentuk "gaji" atau upah bulanan.
Besaran gaji ini tergantung pada kemampuan usaha dan kebutuhan. Bisa saja Anda menggaji diri sendiri Rp 10 ribu atau Rp 100 ribu per bulan.
Banyak orang mengenakan "gaji" sedikit, tapi melakukan "cash advance" alias keuntungan diambil lebih dulu (dividen diambil di muka). Tapi, Ibu harus berhati-hati karena sistem ini baru bisa dilakukan setelah usaha berjalan beberapa lama sampai bisa terlihat keuntungan yang stabil, yang dihasilkan secara rata-rata per bulan.
Kesalahan yang sering terjadi, banyak pebisnis mengambil keuntungan lebih dulu tanpa memperhitungkan jumlah keuntungan yang bisa diambil. Akibatnya mereka justru mengambil modal awal yang harusnya diputar kembali. Akibatnya, usahanya lama-lama mengecil, karena modal yang terpakai jadi menyusut.
Posting berikutnya, biaya sewa tempat. Untuk usaha ritel, lokasi amat menentukan keberhasilan usaha.
Sewa di tempat strategis (pinggir jalan besar/ utama) atau dekat pusat keramaian (kampus, mal, perumahan) akan makan biaya sewa cukup tinggi. Harus diperhitungkan secara hati-hati, apakah keuntungan dari penjualan bulanan bisa menutup biaya sewa.
KOMENTAR