Jikapun terpaksa menolak, Sukiat menganjurkan agar kita mengemukakan hal yang benar-benar menjadi alasan, jangan malah terkesan mencari-cari alasan. Selain itu, sampaikan pula dengan cara santun agar tak menyinggung perasaan suami.
BERI ALTERNATIF
Bila kebutuhan masing-masing pihak dirasa tak terjembatani, saran Sukiat, tak ada salahnya suami-istri membuat konsensus. "Buatlah semacam perjanjian bersama. Misal, sebisa mungkin jangan menolak bila pasangan ingin berintim-intim tengah malam, atau tentukan hari-hari tertentu yang siangnya tak terlalu menguras energi mereka." Dengan begitu, saat tengah malam yang disepakati bersama tiba, mereka berdua sudah betul-betul siap, dari segi fisik maupun mental.
Jika cara ini bisa diupayakan, Sukiat yakin, kebutuhan pasangan untuk berintim-intim bisa terpuaskan sementara hubungan suami-istri pun tak terganggu. Soalnya, tak dapat dipungkiri seks merupakan salah satu penyangga utama keutuhan rumah tangga. "Nah, bukankah untuk menjaga keutuhan rumah tangga, kedua belah pihak harus melakukan berbagai upaya?"
Bila perlu, tambahnya, istri bisa memberikan alternatif pilihan bila memang kondisinya tak memungkinkan sementara si suami tetap menginginkan. Misal, ditunda esok malam atau setidaknya sampai pagi setelah energi si istri pulih kembali, atau istri tetap melayani tapi jangan salahkan jika memberi "servis" seadanya alias sambil terkantuk-kantuk. "Saya pernah, lo, bertemu pasangan seperti ini. Ternyata si suami, lantaran tak kuasa lagi membendung hasratnya, akhirnya memilih alternatif terakhir," tuturnya.
PENDEKATAN BERTAHAP
Sebetulnya, bilang Sukiat, sikap saling mengerti, mau bertenggang rasa, dan kesediaan menyelami arti kebersamaan merupakan bekal penting sekaligus kunci keberhasilan suami-istri untuk berintim-intim. Hingga, "tak ada kata lain selain keindahan jika di tengah keheningan malam, suami-istri bisa saling berbagi," tambahnya.
Namun, Sukiat mengingatkan agar para suami tak BTL alias Bapak Tembak Langsung, melainkan lakukan pendekatan secara bertahap alias jangan lupakan foreplay. "Dengan begitu, istri merasa dihargai, diperlakukan penuh kasih sayang dan dilindungi, lebih dari sekadar objek untuk mendapatkan kepuasan." Kendati demikian, ingatnya lagi, foreplay sebaiknya juga jangan terlalu lama. "Bisa-bisa pasangan malah mengantuk!"
Soal pemilihan waktu berintim-intim, menurut Sukiat, sepenuhnya berada di tangan suami-istri, yang biasanya disesuaikan kebutuhan dan kelonggaran waktu mereka. Kalaupun ada yang memilih malam, boleh jadi dianggap saat yang tepat karena malam praktis mereka tak lagi direpotkan oleh urusan pekerjaan maupun anak. Selain karena malam suasananya lebih tenang dan relaks, hingga mereka merasa lebih bisa menaruh konsentrasi pada aktivitas berintim-intim tanpa banyak "gangguan teknis". Khawatir ketahuan anak-anak, misal.
LEBIH SUKA PAGI
Sukiat melihat kecenderungan memilih waktu malam untuk berintim-intim sudah mengalami pergeseran karena mayoritas suami-istri jaman sekarang, terutama di kota-kota besar, adalah pasangan bekerja. Tak jarang jam kerja cukup panjang, ditambah lagi keruwetan lalu lintas yang membuat mereka meninggalkan rumah seharian. Begitu tiba di rumah malamnya, seolah energinya sudah terkuras habis. Yang ada di benak mereka cuma pikiran untuk istirahat dan tidur. Kalaupun muncul keinginan berintim-intim, mereka lebih suka menangguhkannya pagi hari saat kondisi tubuh dirasa sudah bugar kembali dan siap tempur.
Namun, tak sedikit pula yang tetap enggan melakukan aktivitas berintim-intim di waktu pagi. Soalnya, meski kondisi tubuh sudah bugar kembali, mereka justru cenderung terburu-buru alias harus bergegas memulai hari baru dengan setumpuk tugas yang sudah menanti. Berintim-intim di waktu pagi justru dikhawatirkan mengacaukan jadwal mereka. "Wah bisa-bisa bos marah besar karena aku telat ngantor!", contohnya.
KOMENTAR