Sriana (41) sedang menemani anak-anaknya belajar di dalam rumah berukuran 2 x 2,5 meter yang ada di Jalan Muharto, gang 6, nomor 13, RT 13 RW 7, Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, Minggu (24/7/2016).
Sesekali ia berdiri mengusap wajah suaminya, Suwarno (55), yang tidak lagi bisa beraktivitas karena penyakit saraf yang dialaminya sejak empat tahun yang lalu.
"Suami sakit. Tidak bisa apa-apa," kata Sriana saat ditemui Kompas.com, Minggu.
Praktis, sejak suaminya tak bisa bekerja, Sriana harus menanggung beban hidup keluarga seorang diri. Diceritakannya, sebelum sakit saraf, suaminya bekerja sebagai tukang becak. Selain itu, suaminya juga menerima jasa tukang bangunan.
Namun aktivitas suaminya itu terhenti sejak penyakit saraf menyerangnya pada tahun 2012 lalu. Sriana pun harus mengganti posisi suaminya sebagai sandaran hidup keluarga.
Awalnya, Sriana memenuhi kebutuhan keluarga dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sayang, Sriana tidak bisa maksimal karena harus menjaga keempat anaknya dan merawat suaminya.
Lalu, Sriana menjadi pemulung. Namun pekerjaan itu juga harus terhenti karena petugas Satpol PP Kota Malang menangkapnya.
"Awalnya saya cari rongsokan. Ditangkap Satpol PP," ungkapnya.
Kondisi itu membuat Sriana terjepit. Hingga akhirnya ia memilih untuk berjualan sandal dengan modal pas-pasan.
"Saya kan punya pengalaman jual sandal. Terus PS punya anak dijual buat jualan sandal. Dulu belinya Rp 1.200.000, terus dijual Rp 500.000," paparnya.
Berjualan sandal tak membuat beban ekonomi Sriana berkurang. Bahkan, ia sempat rugi sampai menjual sebagian barang-barang miliknya.
Tidak hanya itu, Sriana juga tidak mampu memperpanjang kontrakannya yang ada di Jalan Gatot Subroto, gang 2 RT 1 RW 1, Kelurahan Klojen, Kota Malang. Ia pun harus numpang di rumah milik mertuanya.
KOMENTAR